Hal tersebut menyebabkan beberapa makanan khas yang dijual seperti Peuyeum dan Ubi Cilembu terpaksa dibuang karena tidak dapat bertahan lama (cepat basi).
“Bahkan kemarin saya terpaksa ngebuang peuyeum sampai 60 kg sama ubi ada sekitar 8 kg gara-gara gak ada yang beli. Jadi sekarang mah saya nyetok makanan suka dikurangin, kalau ngambil dari bandarnya,” tambahnya.
Tidak sedikit para penjual yang bernasib sama seperti Ibu Maryamah, bahkan ada beberapa yang sampai menutup usahanya.
Baca Juga:Asal-Usul Angkringan Retjeh, Buah Hasil Sang Pengusaha Muda Asal SumedangTempat Coffee Shop Teduh Coffee
Imbas Tol Cisundawu Ibu Maryamah berharap kepada pemerintah setidaknya memberikan kebijakan dengan mengalokasikan para pedagang ke tempat yang lebih strategis, seperti ditempatkan di rest area jalan tol.
“Ya kita mah berharapnya jangan semua ke tol-lah, biasanya juga kan rame. Syukur-syukur pemerintah ngasih solusi yang terbaik.Kalau misalkan dipindahin ke tempat yang lebih rame. Ya, saya mau, kayak di rest area. Jangan cuman diisi restoran mahal, biar kami dapat keuntungan juga,” tutupnya.
(Penulis: Tim Job Training Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung).