sumedangekspres – Perubahan iklim merupakan fenomena alam yang signifikan. Itu bukan hanya tentang bagaimana kondisi alam berubah, akan tetapi, bagaimana manusia bisa menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
Perubahan iklim sendiri mengacu pada perubahan suhu dan pola cuaca jangka panjang. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi dalam siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas.
Perubahan iklim dapat memengaruhi kesehatan kita, kemampuan menanam makanan, perumahan, keselamatan, pekerjaan, bahkan pendidikan. Sebagian dari kita sudah lebih rentan terhadap dampak iklim, seperti masyarakat yang tinggal di negara kepulauan kecil dan negara berkembang lainnya.
Baca Juga:Jelang Muktamar di Balikpapan, Pemuda Muhammadiyah Sowan ke Bupati SumedangPasca Divonis Hukuman Mati, Ferdy Sambo dan Istrinya Ajukan Banding
Riset dari Young Lives bahkan menunjukkan fakta bahwa, perubahan iklim akan semakin mempersulit pencapaian sistem pendidikan yang berkualitas. Penelitian longitudinal Young Lives mengungkapkan secara gamblang, bagaimana keterpaparan masa kanak-kanak terhadap guncangan iklim.
Krisis iklim pada hakikatnya bersinggungan erat dengan krisis lain. Hal itu mengganggu pendidikan dan melebarnya kesenjangan sosial selama pandemi COVID-19. Tindakan mendesak dan penelitian baru diperlukan untuk membangun ketahanan, memungkinkan pendidikan yang berkualitas selama 12 tahun untuk anak perempuan dan laki-laki, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi kerentanan yang belum pernah dihadapi oleh generasi sebelumnya.
Sejak tahun 2001, studi Young Lives telah mengikuti kehidupan dari 12.000 anak masyarakat miskin di Ethiopia, India (Andhra Pradesh dan Telangana), Peru dan Vietnam. Studi ini telah membangun kumpulan data unik dengan potensi besar, dalam memahami dampak jangka panjang perubahan iklim terhadap anak-anak dan remaja yang rentan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa peristiwa cuaca ekstrem yang dialami selama masa kanak-kanak, memiliki dampak yang sangat tidak merata pada kelompok termiskin dan paling rentan.
Pada usia 15 tahun, banyak anak dalam penelitian Young Lives telah mengalami satu peristiwa cuaca ekstrim, seperti kekeringan atau banjir. Di Ethiopia terdapat 54%, di India terdapat 44%, di Vietnam terdapat 34%, dan di Peru 30%.