sumedangekspres – Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan bahwa pihaknya telah melihat tanda-tanda China untuk mempertimbangkan pasokan senjata ke Rusia.
Pernyataan Sekretaris Jenderal NATO itu muncul beberapa hari setelah Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken, memperingatkan China tentang konsekuensi dukungan materi untuk invasi Rusia ke Ukraina.
Sekretaris Jenderal NATO mengatakan, pihaknya belum melihat adanya pasokan senjata mematikan dari China ke Rusia. Tetapi, mereka memperhatikan tanda-tanda China yang mungkin tengah merencanakan hal itu.
Baca Juga:Cara Top Up Higgs Domino 10K Via Pulsa, Dana, Transfer dan Kartu Kredit10K Dapat 720 Diamond FF, Ini Cara Top Up FF Pakai Pulsa Termurah 2023
“Itulah alasan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya bersikap tegas. Mereka memperingatkan China untuk tidak mendukung perang ilegal Rusia,” lanjut dia.
Beijing belum memberikan tanggapan atas tuduhan tersebut. Namun, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa setiap informasi intelijen soal transfer senjata dari China ke Rusia yang dirilis oleh AS, hanyalah spekulasi.
Rusia dan China menandatangani kemitraan “tanpa batas” pada Februari lalu, tak lama sebelum Rusia menginvasi Ukraina. Hubungan ekonomi kedua negara itu berkembang pesat menyusul retaknya kemitraan antara Moskow dan Barat.
Barat telah mewaspadai respons China terhadap perang di Ukraina. Beberapa pejabat memperingatkan bahwa kemenangan Rusia dapat mempengaruhi tindakan China terhadap Taiwan.
China sejauh ini telah menahan diri untuk tidak mengutuk perang tersebut atau menyebutnya sebagai “invasi”. Stoltenberg mengatakan, China adalah anggota Dewan Keamanan PBB. Sehingga, tidak seharusnya menjadi bagian dari invasi Rusia ke Ukraina karena perang tersebut melanggar Piagam PBB.
“Prinsip dasar piagam itu adalah menghormati integritas negara lain, tidak mengumpulkan pasukan dan menyerang negara lain dengan ratusan ribu pasukan,” katanya.
Sementara itu, China mengatakan akan menyampaikan posisi mereka dalam sebuah dokumen, yang memuat usulan “solusi politik” bagi perang Rusia-Ukraina. Menurut media pemerintah Rusia, dokumen itu akan diterbitkan pada peringatan satu tahun “operasi militer khusus” Rusia. ***