.sumedangekspres – Hubungan trilateral antara Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat mengalami peningkatan dramatis pada tahun 2023. Peningkatan dramatis ini didorong oleh provokasi Korea Utara dan pemilihan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, untuk meningkatkan hubungan bilateral Korea-Jepang.
Sejak Mei 2022, ketiga negara telah mengadakan lebih dari dua lusin pertemuan tingkat tinggi, termasuk pertemuan para pemimpin trilateral yang diadakan di sela-sela KTT NATO pada Juni 2022 dan KTT Asia Timur pada November 2022. Kemitraan Trilateral AS-Jepang–Republik Korea untuk Indo-Pasifik merupakan tonggak baru bagi hubungan trilateral dengan memperluas cakupan geografis dan fungsi kerja sama trilateral.
Meskipun ketiga pemimpin berusaha untuk mengimplementasikan pernyataan Phnom Penh dan memperdalam kerja sama trilateral tahun ini, mereka akan dihadapkan pada beberapa kendala di dalam dan luar negeri. Seperti biasa, antagonisme sejarah dan politik dalam negeri terkait hubungan Jepang dan Korea Selatan menjadi latar belakang.
Baca Juga:Deklarasi DPC Papera SumedangCara Download Video Tiktok Tanpa Watermark dan Tanpa Aplikasi
Selain itu, tiga tantangan untuk kerja sama trilateral terungkap pada tahun 2023. Ketiga tantangan itu di antaranya ialah, untuk mempertahankan koordinasi kebijakan dalam menghadapi ancaman Korea Utara, memperketat kerja sama keamanan ekonomi, dan mengkalibrasi perspektif yang berbeda tentang kebijakan China.
Meningkatnya ancaman Korea Utara, termasuk jumlah rudal Korea Utara yang memecahkan rekor pada tahun 2022 (lebih dari 100 menurut beberapa laporan ), telah menjadi dorongan terbesar dalam meningkatkan kerja sama trilateral Jepang-Korea Selatan-AS. Pada sebuah kesempatan, Korea Utara menembakkan 23 rudal di dekat perbatasan antar-Korea dalam satu hari, diikuti dengan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) keesokan harinya.
Menanggapi uji coba rudal Korea Utara, pejabat Seoul, Washington, dan Tokyo mengoordinasikan tanggapan mereka dengan erat, untuk mencegah Korea Utara mengeksploitasi potensi perpecahan di antara sekutu. Dalam salah satu pertemuan trilateral pertama yang berlangsung setelah pelantikan Yoon, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan Cho Hyun-dong, Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman, dan Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Mori Takeo mengatur pola kerja sama trilateral dengan mengutuk keras Korea Utara.