sumedangekspres – Sejarah Agresi Militer Sumedang pemerintahan RI di Kabupaten Sumedang telah terbentuk, namun masa depan kemerdekaan mendapat ancaman dengan kembalinya
Belanda ke Indonesia tanggal 29 September 1945.
Mereka menginjakkan kakinya kembali di Indonesia dengan membonceng Allied Forces Netherlands East-Indies (AFNEI) yakni Pasukan Sekutu yang dibentuk oleh South East Allied Command (SEAC) dengan tugas:
- melucuti dan mengembalikan tentara Jepang ke negaranya
- mengupayakan pengembalian kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia
Dengan tugasnya itu, masa depan kemerdekaan Indonesia mendapat ancaman serius dari negara bekas penjajahnya. Di lain pihak, ketika masa depan kemerdekaan terancam, Republik Indonesia belum memiliki tentara reguler.
Baca Juga:Sejarah Sumedang di Masa Kemerdekaan Indonesiapasangan sayur dan lauk yang cocok Untuk di Konsumsi
Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dibentuk tanggal 30 Agustus 1945 bukanlah tentara reguler karena tugas utamanya bukan untuk mempertahankan kedaulatan negara, tetapi hanya untuk membantu korban perang.
Di Jawa Barat, BKR didirikan di daerah-daerah dengan pusatnya di ibu kota keresidenan. Salah satunya adalah BKR Keresidenan Priangan yang dipimpin oleh Arudji Kartawinata (mantan Daidanco Cimahi) dengan markas di Bandung.
Selain Arudji Kartawinata, Beberapa perwira bekas Peta, seperti A. H. Nasution, Abdullah, Suriadarma, Sukanda Bratamanggala, Omon Abdurrahman, Syamsu, Hidayat, dan Suhari juga ikut bergabung dengan BKR Priangan.
Setelah diangkat sebagai Ketua BKR, Arudji Kartawinata kemudian membentuk BKR di lingkungan Keresidenan Priangan. BKR Sumedang dipimpin oleh Umang Karja Sudjana dengan anggota bekas Peta, Heiho, dan organisasi lainnya yang ada di Sumedang.
Selain membentuk BKR, pemerintah pun tidak melarang para pemuda untuk membentuk badan kelasyakaran. Badan kelaskaran ini merupakan wadah perjuangan para pemuda dalam menegakkan kemerdekaan, tetapi tidak mau bergabung dengan BKR.
Pembentukan laskar perjuangan ini terjadi di setiap daerah di Jawa Barat. Demikian juga dengan di Sumedang, dibentuklah beberapa laskar perjuangan, di antaranya Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) di bawah pimpinan Satia, Laskar Rakyat Inspektorat Sumedang di bawah pimpinan Kapten Jaya Iskandar, dan LASWI.
BKR bersama-sama dengan laskar perjuangan bahu membahu mempertahankan kemerdekaan, meskipun gerakan mereka itu tidak terkoordinasi dengan baik. Akibatnya, sering terjadi kekacauan yang sudah barang tentu merugikan perjuangan bangsa mempertahankan kemerdekaan. Di lain pihak, gerakan NICA untuk menjajah kembali Indonesia semakin intensif sehingga mengancam masa depan kemerdekaan bangsa Indonesia.