Sejarah Agresi Militer Sumedang di Masa Kemerdekaan Indonesia

Sejarah Agresi Militer Sumedang
Sejarah Agresi Militer Sumedang
0 Komentar

Dalam Agresi Militer I itu, pada pukul 18.00 pasukan Belanda berhasil menahan Lili Natakusumah, Wedana Tanjungsari. Berita penahanan tersebut sampai kepada Mayor R. Sadikin dan segera memerintahkan Danyon 27, Kapten Sentot Iskandar Dinata, untuk mempertahankan wilayah Kota Sumedang yang akan dibantu oleh Kompi Lukas Kustaryo.

Untuk menghambat gerak maju tentara Belanda, Kapten Sentot Inskandar Dinata memerintahkan Kompi Amir Machmud untuk menghancurkan jembatan dan membuat rintangan di sepanjang jalan yang akan dilalui oleh tentara Belanda.

Perintah itu dilaksanakan oleh Kompi Amir Mahmud yang mendapat bantuan dari Letnan Karisman, Kepala Pabrik Persenjataan Cijeruk sehingga gerak maju tentara Belanda menjadi terhambat.

Baca Juga:Sejarah Sumedang di Masa Kemerdekaan Indonesiapasangan sayur dan lauk yang cocok Untuk di Konsumsi

Sejarah Agresi Militer Sumedang Tanggal 22 Juli 1947, tentara Belanda mulai memasuki Kota Sumedang yang dihadang oleh Kompi Lukas Kustaryo dan Kompi Mursyid sehingga terjadi pertempuran sengit selama dua jam.

Oleh karena persenjataan yang tidak seimbang, kedua kompi itu mundur dari medan pertempuran sehingga Kota Sumedang jatuh ke tangan Belanda.

Bupati R. Hasan Suria Satjakusumah ikut mundur ke daerah pegunungan sehingga Belanda mengangkat R. Tumenggung Moch. Singer sebagai Bupati Sumedang. Dengan jatuhnya Kota Sumedang, pertahanan Republik dipusatkan di daerah

pegunungan, di antaranya daerah segitiga Dayeuh LuhurSituraja-Margawindu.68 Tanggal 17 Januari 1948, Perjanjian Renville ditandatangani yang mengakibatkan harus hijrahnya TNI ke Jawa Tengah-Yogyakarta.

Akan tetapi, secara diam-diam Divisi I/Siliwangi mempertahankan pasukan teritorial di Sumedang, dengan tujuan untuk membina rakyat supaya tetap setia kepada Republik Indonesia. Pasukan teritorial ini dibentuk sampai ke tingkat desa ini berada di bawah komando Mayor R. Moch. S. Hadi.

Pada awalnya, pasukan ini bermarkas di Tanjungkerta, tetapi kemudian berpindah-pindah supaya tidak diketahui oleh Belanda.

 

0 Komentar