2. Psikologis, merupakan masalah kesehatan mental seseorang seperti adanya ketidakpuasan dengan masalah pekerjaan, merasa tegang dan tertekan dalam bekerja, cemas saat mengerjakan tugas, mudah tersinggung, merasa bosan dalam lingkungan bekerja, serta melakukan tindakan lainnya.
3. Perilaku, merupakan perubahan dalam kinerja, contohnya seperti menjadi malas bekerja, mudah berperilaku agresif, perubahan produktivitas, hingga mengonsumsi zat-zat terlarang.
Tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental para pekerja, stres juga akhirnya akan memengaruhi kesehatan lambung. Ketika seseorang mengalami stres, sistem saraf simpatik, yaitu bagian dari sistem saraf otonom tubuh yang mengatur fungsi tubuh seperti detak jantung, pernapasan, dan tekanan darah, merespons dengan mengaktifkan respons “fight or flight“.
Baca Juga:Kenaikan Cukai Rokok Merupakan Salah Satu Solusi Dalam Mencegah StuntingAplikasi TikTok Aktifkan Batasan Konten Untuk Pengguna Remaja
Respons tersebut membuat hormon stres kortisol dilepaskan, sehingga membuat tubuh waspada dan siap menghadapi ancaman. Ketika stres mengaktifkan respons “fight or flight” di sistem saraf pusat, hal itu bisa memengaruhi sistem pencernaan dengan menyebabkan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Menyebabkan spasme otot di kerongkongan.
2. Meningkatkan asam di perut, yang menyebabkan sakit maag.
3. Membuat Anda merasa mual.
4. Menyebabkan diare atau sembelit.***