Kendati demikian ada sejumlah kalangan yang menyebutkan bahwa jaringan 5G berbahaya, terutama radiasi gelombang terhadap tubuh manusia.
Namun demikian, ada pula kalangan lain yang menyatakan bahwa jaringan 5G sangat aman karena sudah berdasarkan hasil uji. Sebelum menjelaskan tentang klaim bahaya dan sanggahannya, perlu sedikit dijelaskan tentang jaringan 5G dan cara kerjanya.
Apa itu jaringan 5G? Jaringan 5G merupakan jaringan seluler generasi kelima yang menawarkan kecepatan internet lebih tinggi dari generasi sebelumnya, 4G.
Baca Juga:10 Daftar Smartphone 5G Termurah di IndonesiaKapan 5G Merata di Indonesia?
Hadirnya 5G untuk memberikan kecepatan data sebesar 10 hingga 100 kali lebih cepat dari jaringan 4G yang ada saat ini. Benar-benar lebih cepat bukan? dengan alasan ini pula jaringan ini banyak peminatnya.
Bahkan jaringan 5G menjanjikan kecepatan data internet setara dengan Wi-Fi. Misalnya, dengan internet 5G, pengguna bisa mengunduh film ke ponsel atau tablet dalam hitungan detik.
Selain itu, jaringan 5G juga mampu mentrasfer data dari satu telepon ke telepon lain dengan kecepatan satu milidetik. Dengan jaringan 5G pula sejumlah perangkat seperti telepon, mobil dan peralatan rumah tangga dapat saling terkoneksi.
Kecepatan datanya bahkan memungkinkan penciptaan aplikasi realitas virtual atau mobil mengemudi otonom. Apakah 5G berbahaya? Meski makin memudahkan kehidupan kita sehari-hari, namun jaringan 5G dinilai sejumlah kalangan mengandung pontensi yang berbahaya bagi kesehatan.
Banyak kalangan yang khawatir dampak dari penggunaan 5G radiasi gelombang energi yang lebih tinggi.
Kenneth Foster, profesor bioteknologi di Pennsylvania State University menilai bahwa energi frekuensi berahaya dan menyebabkan luka bakar atau kerusakan termal lainnya.
Namun potensi berbahaya itu muncul jika manusia berada di dekat pemancar frekuensi radio berdaya tinggi. Sementara jaringan 5G itu beroperasi dengan frekuensi radio yang lebih tinggi.
Baca Juga:Apa Itu ChatGPT dan OpenAI Serta Manfaatnya dalam Bisnis?Sedang Ramai Dibicarakan Apa itu ChatGPT?
Sebuah penelitian dari Program Toksiologi Nasional pada 2018 menemukan bukti peningkatan tumor otak dan kelenjar adrenalis pada tikus jantan yang terpapar radiasi frekuensi radio yang dipancarkan ponsl 2G dan 3G, namun tidak pada tikus betina.