sumedangekspres – Kerajaan Talaga Majalengka Dan Nagoya Jepang Kepercayaan sebagai salah satu dari tujuh unsur kebudayaan tentu dimiliki oleh setiap suku bangsa tidak terkecuali dimiliki pula oleh suku bangsa Sunda dan Jepang.
Dengan sifat universal yang terkandung dalam tujuh unsur kebudayaan maka tidak menutup kemungkinan akan terdapat kesamaan dalam kepercayaan yang ada di suku bangsa Sunda (hal ini masyarakat Talaga) dan suku bangsa Jepang (masyarakat Nagoya).
Hal ini menarik untuk dikaji, mengingat Talaga merupakan satu di antara kecamatan yang ada di Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat yang masih kental dengan nilai sakral dan sejarahnya karena di daerah ini pernah terdapat kerajaan tradisional yaitu Kerajaan Talaga Manggung sehingga banyak peninggalan sejarah dan kepercayaan yang sampai
sekarang masih dilestarikan oleh masyarakat Talaga Begitu pula dengan Nagoya.
Baca Juga:Kebonjati Prioritaskan Perbaikan JalanSejarah Nusantara Jaman Hindia belanda
Masyarakat Nagoya merupakan satu di antara masyarakat Jepang yang masih menjunjung tinggi tradisi leluhur.
Talaga merupakan nama kecamatan di Kabupaten Majalengka. Secara astronomis, Kecamatan Talaga berada pada koordinat 1080 16’ dan 1080 21’ Bujur Timur serta 60 58’ Lintang Utara dan 70 03’ Lintang Selatan.
Secara geografis, Kecamatan Talaga terletak pada rangkaian perbukitan Gunung Ciremai hingga tahun 2012, Kecamatan Talaga membawahi enam belas desa.
Meskipun, talaga hanya berupa kecamatan, namun, di wilayah ini tersimpan cerita sejarah yang hingga saat ini masih ada jejak-jejak peninggalannya. Masyarakat Talaga meyakini bahwa jauh sebelum berstatus sebagai kecamatan, Talaga adalah sebuah kerajaan bercorak Budha yang eksistensinya sezaman dengan Kerajaan Sunda ketika berkedudukan di Kawali dan kemudian di Pakuan Pajajaran (Lubis, 2012: 2-3).
Kerajaan Talaga meninggalkan beberapa tinggalan arkeologis berupa tempat alami, situs megalith, makam, petilasan, uang logam, alat-alat persenjataan, dan alat-alat kesenian.
Tinggalan arkeologis tersebut sebagian besar terdapat di Situs Situ Sangiang. Situs ini terletak dalam kawasan danau (situ) Sanghyang (Sangiang) di Desa Sangiang, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka. Secara astronomi berada pada koordinat 060 56’86’, 70’’ LS dan 107046’32,10’’BT dengan ketinggian 941 m dpl.
Situ Sangiang berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai dengan luas sekitar 107 hektar dan luas situ sekitar 19,7 hektar. Di situs ini tersebar beberapa tinggal arkeologis seperti struktur batu melingkar (Buyut Asrawana), bongkahan batu kali (Buyut Pater).