Desa Cibugel melewati masa Penjajahan Belanda dan Jepang. Pada saat masa Belanda, eilayah Desa Cibugel didominasi dengan perkebunan teh. Teh tersebut diolah dipabrik yang terletak di dekat perkebunan tersebut.
Hasil dari teh tersebut dikirim ke Eropa untuk diperdagangkan. Para penduduk desa pun diperbantukan untuk mengelola perkebunan tersebut.
Setelah belanda menyerah dan kemudian digantikan oleh jepang, para tentara Jepang merusak perkebunan teh tersebut dengan tujuan untuk merusak perdagangan teh di Eropa.
Kemudian tanaman teh digantikan dengan tanaman kacang tanah. Tanaman tersebut pun tumbuh dengan suburnya karena tanah diwilayah cibugel merupakan tanah yang kaya akan unsur hera. Sehingga ketika tanaman kacang tanah ditanam disana, maka kacang tanah itu tumbuh hingga lutut orang dewasa karena suburnya.
Baca Juga:Kesenian Cikeruhan Khas SumedangHUT Sumedang Ekspres Ke -13, Diwarnai Santunan Anak Yatim dan Tausiyah Abuya
Setelah kemerdekaan, Desa Cibugel bergabung dengan wilayah Darmaraja. Penduduk Cibugel masih mengolah tanaman kacang tanah, jagung dan padi sebagai sumber penghidupan mereka.
Penduduk Desa Cibugel merupakan masyarakat yang masih memegang erta adat istiadatnya. Selain itu sifat kegotongroyongan masih kuat terjaga.
Desa Cibugel merupakan salah satu tempat terjadinya pembantaian DI/TII Jawa Barat.
Mengenang Desa Cibugel Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang Jawa Barat, tercatat dalam tinta sejarah Indonesia adanya kejahatan dan kebiadaban Gerombolan DI/TII terhadap rakyat Cibugel sepanjang tahun 1949 hingga tahun 1962-an.
Kebiadaban tersebut datang dari manusia angkara murka, yang saat masih menyimpan luka mendalam bagi para korban kebiadaban separatis Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang telah memproklamirkan Negara Islam Indonesia (NII) wilayah Jawa Barat pada 7 Januari 1948.
Para anggota DI/TII bersembunyi di hutan dekat dengan pemukiman warga kemudian pada suatu saat mereka menyerang desa tersebut dengan tujuan mendapatkan bahan makanan dan persediaan barang-barang untuk bertahan hidup dihutan tersebut. Pada saat penyerangan tersebut menewaskan sekitar 130an warga desa dalam satu malam.
Maka dibuatlah sebuah tugu perigatan untuk mengenang pembantaian DI/TII yang terjadi di Desa Cibugel tersebut. Tugu tersebut berada di depan Kantor Desa Cibugel.