Sejarah Daerah Buahdua Sumedang

Sejarah Daerah Budahdua Sumedang
Sejarah Daerah Budahdua Sumedang/istimewa.net
0 Komentar

sumedangekspres – Sejarah Daerah Budahdua Sumedang Kampung Malanang merupakan kampung cikal bakal desa Buahdua, yang sekarang telah menjadi ibukota kecamatan buahdua.

Kampung ini berada diantara desa Gendereh dan desa Buahdua sekarang.

Para penulis sering mengaitkan antara kampung Malanang dengan persinggahan tentara Kesultanan Mataram yang akan menyerang ke Batavia, dengan tokohnya yang bernama Raden Agus Salam.

Raden Agus Salam oleh bupati Sumedang disuruh menjamu tentara dari Mataram yang akan menyerang Batavia (Jakarta sekarang), yeng melewati kampung Malanang.

Baca Juga:Sejarah Singkat Kerajaan SumedangLirik Lagu Isyana Sarasvati – My Mystery

Raden Agus Salam ini sering disebut dengan Buyut Malanang. Jika Raden Agus Salam ini merupakan pendiri kampung malanang, berarti salah satu pemburu yang diutus sang Pangeran dari Sumedang tersebut adalah Raden Agus Salam.

Karuhun Malanang dalam kisah berburu para pangeran atau Bangsawan Sumedang, ada kaitannya dengan proses pembagian hasil buruan. Karuhun Malanang dianggap paling adil dalam hal bagi membagi. Karena ketika proses pembagian hasil buruan, ada yang tidak kebagian, yang akhirnya dagingnya hilang semua.

Atas saran dari Mbah Guriang agar pembagian daging hasil buruan tersebut oleh Karuhun Malanang, karena mereka dianggap paling adil dalam hal pembagian.

Dalam kisah yang beredar di masyarakat, bahwa Raden Agus Salam, tokoh dari kampung Malanang diangkat menjadi cutak Malanang oleh penguasa Sumedang. Dan dia waktu itu disuruh menyanmbut kedatangan tentara Mataram yang melewati Sumedang yang akan menyerang Belanda di Batavia (jakarta sekarang). Jadi jelas disini apakah Raden Agus Salam ini adalah Karuhun Malanang .

Kampung Malanang ini pada awalnya seperti kampung naga di Tasikmalaya, yang menjaga tradisi dengan mensyaratkan jumlah 40 kepala keluarga yang dijaga selama ratusan tahun. Dikampung ini juga banyak pantangan atau pamali. Tetapi konon tradisi ini sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya.

0 Komentar