“Program ini didasari oleh nilai-nilai Kadin Indonesia, yaitu inklusif, kolaboratif, dan progresif. Dengan berkolaborasi bersama banyak pihak dari dari Badan Usaha Milik Desa, CROWDE, Poktan dan Gapoktan yang berbadan hukum, hingga para pemilik lahan pertanian. Saya rasa Kadin Provinsi Jawa Barat berhasil dalam memberdayakan para petani di Jawa Barat,” ucap Yukki.
Ketua Kadin Provinsi Jawa Barat, Cucu Sutara menjelaskan, selain memberdayakan petani Indonesia, program Cakra Desa juga mengelola lahan tidur desa agar kembali produktif dengan memanfaatkan akses finansial dan teknologi oleh CROWDE.
“Dalam memberdayakan petani, disini kami berperan untuk memediasi, memfasilitasi, serta mengadvokasi para petani dengan memberikan pelatihan serta membantu perizinan yang diperlukan. Sementara CROWDE memfasilitasi petani dengan akses finansial dan pendampingan budidaya pertanian. Serta BUMDes berperan untuk membuka akses pasar untuk menyalurkan hasil pertanian,” ucap Cucu.
Baca Juga:Fotografer Profesional Puji Kemampuan Kamera Samsung Galaxy A54 5GDPRD: Banyak yang Membawa Nama Baik Sumedang Melalui Even Olahraga Khusus Difabel
Cucu juga mengatakan, lahan yang digunakan dalam program ini merupakan lahan tidur milik desa yang luasnya sekitar 10 hektar. Program ini dimulai dengan pilot project di Desa Karangnunggal Kec. Karangnunggal Kab. Tasikmalaya dengan luas lahan 3 hektar yang sudah berhasil dipanen.
“Selain melakukan pilot project, kami juga sudah memulai untuk mengembangan tanaman cabai di 19 kabupaten di Jawa Barat. Kami juga sudah melakukan survei lahan di 40 desa yang 11 diantaranya sudah proses untuk dilakukan kerjasama,” ucap Cucu.
Direktur Utama CROWDE, Yohanes Sugihtononugroho menambahkan bahwa pihaknya juga mendirikan rumah ATAP (Aspirasi Tanggap Petani) sebagai sebuah tempat tinggal bagi petugas yang memantau detail dari kegiatan program cakra desa. Peresmian dari rumah ATAP ini juga menjadi salah satu rangkaian acara dalam roadshow KIA ke Sumedang.
“Tak hanya sebagai tempat tinggal, rumah ATAP juga dijadikan sebagai sarana para petani ataupun BUMDes untuk bertukar cerita jika ada kendala budidaya di lahan pertanian serta memberikan solusi atas kendala yang dialaminya,” tutup Yohanes. (red)