Museum Date Sama Ayang di Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang, Hanya 10 Menit Dari Pintu Tol Cisumdawu

Museum Date Sama Ayang di Museum Srimanganti Sumedang, Hanya 10 Menit Dari Pintu Tol Cisumdawu
Museum Date Sama Ayang di Museum Srimanganti Sumedang, Hanya 10 Menit Dari Pintu Tol Cisumdawu (ist)
0 Komentar

Sekilas Tentang Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang

Pada zaman dulu Gedung Srimanganti ini sempat menjadi tempat kediaman para petinggi Sumedang dan berada di pusat kota Sumedang seberang Alun – alun Sumedang dan kini telah menjadi salah satu icon sejarah dan kebanggaan warga Kabupaten Sumedang.

Gedung Srimanganti ini dibangun pada awal tahun 1618 dan selesai tahun 1706, ketika itu sedang berada pada masa pemerintahan Pangeran Panembahan Rangga Gempol III.

Awalnya Gedung Srimanganti ini dibangun oleh Pengeran Panembahan Rangga Gempol akan tetapi sebelum bagunan ini selesai, beliau meninggal dunia.

Kemudian penyelesaian Gedung Srimanganti ini diteruskan oleh putranya.

Baca Juga:Segera Merapat, Top Up ML di Situs Paling Murah Ini Auto Untung, Bayar Dikit Menang BanyakRidwan Kamil Apresiasi Kinerja ADPMET Perjuangkan Bagi Hasil yang Lebih Berkeadilan

Pada awal pembangunan gedung ini bernama Rimanganti yang memiliki arti tempat untuk menanti tamu-tamu yang akan menghadap Bupati.

Akan tetapi pada tahun 1950 gedung ini dijadikan kantor Pemerintah Daerah dan sejak 1 November 1973 menjadi museum.

Dalam perkembangan Gedung Srimanganti juga sudah mengalami dua tahap pemugaran pertama pada tahun 1980/1981 dan kedua tahun 1981/1982.

Pemugaran ini dilaksanakan oleh Proyek Sasana Budaya Jawa Barat.

Gedung Srimanganti juga mendapat penetapan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai Cagar Budaya.

Salah satu benda ikonik di Museum Srimanganti Sumedang ini adalah sebuah mahkota yang begitu sarat dengan sejarah dan nilai luhur, Mahkota Binokasih.

Sekilas Tentang Mahkota Binokasih

Mahkota Binokasih dibuat atas prakarsa Sanghyang Bunisora Suradipati sebagai raja Galuh (1357-1371) yang digunakan oleh raja-raja Sunda, dalam upacara pelantikan raja baru dan menjadi benda pusaka kerajaan hingga kerajaan Sunda runtuh.

Pada waktu ibukota kerajaan Sunda di Pakuan Pajajaran diserbu oleh pasukan Banten (1579), mahkota ini berhasil diselamatkan oleh para pembesar kerajaan Sunda yang berhasil meloloskan diri, yaitu: Sayang Hawu, Térong Péot, Nangganan dan Kondang Hapa.

0 Komentar