Wisata Agrowisata Keliling Kebun Coklat di Kaki Gunung Palasari Sumedang

Wisata Agrowisata Keliling Kebun Coklat di Kaki Gunung Palasari Sumedang
Wisata Agrowisata Keliling Kebun Coklat di Kaki Gunung Palasari Sumedang (ist/Mardhiah)
0 Komentar

Uniknya, cengkeh hanya bisa dipanen sekali dalam setahun, sementara pohon kakao bisa dipetik hampir setiap hari setelah mencapai usia 3 tahun ke atas.

Budidaya pohon kakao lebih baik dilakukan bersamaan dengan pohon tegakan atau pelindung, seperti pohon cengkeh, lamtoro, gleresidae, atau albasia.

Pohon tegakan membantu menciptakan kondisi ideal bagi pertumbuhan pohon kakao, terutama di daerah perbukitan dengan intensitas cahaya matahari yang tidak terlalu tinggi.

Terlalu banyak cahaya matahari dapat menyebabkan tanaman kakao mengkerdil.

Baca Juga:Terapi Alam Hutan Pinus di Lereng Gunung Tampomas SumedangPandawara Group: Perawatan Bendungan Bugel, Perlu Peran Masyarakat Peduli Lingkungan

Proses penanaman pohon kakao dimulai dengan membersihkan alang-alang dan gulma di kebun.

Setelah itu, lubang berukuran 60 x 60 x 60 cm dibuat untuk menanam benih pohon kakao.

Benih kemudian dimasukkan ke dalam lubang yang telah diberi pupuk kompos dan kotoran sapi.

Setelah benih tumbuh menjadi bibit berukuran 1 – 1,5 meter, sekitar usia 6 bulan dilakukan pemupukan.

Pohon kakao juga perlu dipangkas untuk menjaga pertumbuhannya yang optimal.

Pada usia 3 tahun, pohon kakao sudah mulai berbuah dan dapat dipanen.

Buah kakao yang siap panen adalah buah yang sudah matang dan mengalami perubahan kulit buah.

Proses fermentasi dilakukan setelah biji kakao diambil dari buahnya. Biji kakao direndam atau difermentasi selama sekitar satu minggu untuk menghasilkan biji yang berkualitas.

Baca Juga:Daftar Kode Pos Kabupaten Dan Kota di Jawa BaratMakna Warna dan Logo Resmi Jawa Barat yang Perlu Kamu Ketahui, Jiwai Maknanya Maka Kesuksesan Adalah Milik Kita

Meskipun potensi usaha budidaya kakao menjanjikan, beberapa kendala dihadapi oleh para petani, terutama kurangnya perhatian dari pemerintah setempat dalam mendukung dan mengembangkan potensi ini.

Serangan hama lalat buah juga menjadi tantangan bagi para petani. Namun, dengan perawatan yang tepat dan dukungan dari pemerintah, budidaya kakao di Desa Segulung diharapkan tetap menjadi wilayah penghasil kakao terbaik.

Meskipun menghadapi beberapa tantangan, petani kakao seperti Wijianto tetap optimis dengan potensi bisnis kakao, mengingat permintaan yang terus meningkat untuk bahan baku cokelat.

Harga biji kakao kering pun relatif stabil dan menjanjikan, sehingga bisnis ini tetap menarik bagi para pelaku usaha.***

0 Komentar