sumedangekspres – Sensasi belanja di tengah Hutan Bambu Sumedang, Pasar Leuweung digelar 3 bulan sekali jadi jangan sampai kelewatan ya.
Hutan bambu yang terletak di Blok Pasir Jepang, Kampung Cikeuyeup, Desa Sindangsari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang menawarkan suasana yang sangat sejuk.
Hutan ini memiliki luas sekitar satu hektare dan dikelilingi oleh megahnya rumpun bambu apus dan gombong.
Baca Juga:Gak Perlu ke Belitung, Sumedang Juga Punya Wisata Unik Danau Biru Mirip Danau KaolinLiburan Penuh Manfaat dan Glamping Paling Murah di Wisata Edukasi Taman Puspa Sumedang
Ketika angin berhembus, daun-daun bambu berayun lembut menghasilkan suara gemerisik yang menenangkan.
Hutan bambu ini terletak di kaki Gunung Manglayang dan dikelola oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat.
Saat datang pada waktu tertentu, hutan bambu ini berubah menjadi lokasi Pasar Leuweung, tempat para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mengolah hasil hutan menjajakan produk mereka.
Pasar Leuweung digelar setiap tiga bulan sekali dan dapat berpindah lokasi, termasuk ke Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Juanda.
Selain menjadi tempat Pasar Leuweung, lokasi ini juga sering dikunjungi oleh para pesepeda. Akses ke hutan bambu ini lebar sehingga dua mobil kecil dapat berpapasan.
Ketika tidak ada Pasar Leuweung, tempat ini tetap menarik untuk dikunjungi.
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dari Desa Sindangsari telah membantu dengan membuat beberapa tempat duduk dari bambu agar pengunjung merasa nyaman.
Baca Juga:Karinding : Filosofi Alat Musik Tradisional Jawa BaratWarga Jabar Merapat! Cara Mudah Cek Pajak Kendaraan Bermotor di Jawa Barat
Tempat duduk ini ditempatkan di bawah rumpun bambu yang memberikan keteduhan.
Di tepi hutan, ada aliran sungai yang telah dibuat embung untuk ditebari ikan.
Ketua Pokdarwis Raksamala Lestari, Rudi Ahmad Somantri, menjelaskan bahwa warga desa diberi kesempatan untuk mengelola lahan milik Dinas Kehutanan.
Dengan swadaya masyarakat, mereka melakukan penataan tanpa mengganggu keasrian hutan bambu.
Beberapa upaya penataan meliputi mengeraskan jalan setapak dengan kerikil dan penataan sungai yang sebelumnya berantakan akibat banjir.
Pada tahun 2022, Pasar Leuweung telah diadakan di lokasi tersebut, namun saat itu Pokdarwis belum terlibat dalam pengelolaan.