Mengenal Tradisi Ngalaksa Sumedang, Inilah Upacara Adat Mengantar Padi ke Lumbung!

Mengenal Tradisi Ngalaksa Sumedang, Inilah Upacara Adat Mengantar Padi ke Lumbung!
Mengenal Tradisi Ngalaksa Sumedang, Inilah Upacara Adat Mengantar Padi ke Lumbung!(merdeka)
0 Komentar

sumedangekspres Tradisi Ngalaksa Sumedang, Pertanian bagi masyarakat di Jawa Barat menjadi hal yang penting dengan berbagai tradisinya. Padahal, masyarakat Sunda begitu lekat dengan kegiatan bercocok tanam sehingga kerap mengiringi kegiatan tersebut dengan berbagai ritual yang dilakukan sebagai tanda penghormatan.

Sumedang, sebagai salah satu kota budaya di Jawa Barat juga memiliki tradisi pertanian yang kerap dilaksanakan melalui ritual penghormatan khusus bernama Ngalaksa.

Dalam keterangannya yang dilansir dari disparbud.jabarprov.go.id, masyarakat di Rancakalong di Kabupaten Sumedang selalu berucap syukur saat masa panen tiba.

Baca Juga:5 Tips Cara Menggunakan Nail Extension4 Tips Meningkatkan Kreatif Menulis

Hal tersebut diwujudkan melalui beberapa kegiatan doa serta tarian bernama Rengkong. Mereka melangsungkan tradisi tersebut secara turun temurun dengan penuh suka cita.

Daya tarik utama dari upacara tersebut adalah proses pemindahan padi ke lumbung padi oleh penduduk setempat sambil menampilkan tarian Rengkong.

Tari rengkong merupakan kegiatan menari yang dilakukan oleh alat musik bangau (instrumental) sesuai dengan suara yang dipancarkan dari lubang poros.

Saat orang berjalan menuju loteng, lubang di poros menciptakan musik yang cocok dengan ritme para pawai selama upacara. Tarian tersebut terus dibawakan dengan iringan musik oleh Tarawangsa.

Seperti lazimnya dalam sebuah ritus, masyarakat di Rancakalong juga memiliki aturan tersendiri yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan kegiatan upacara Ngalaksa.

Bewara atau dalam bahasa Indonesia disebut pengumuman ini merupakan istilah yang digunakan oleh sesepuh setempat untuk menyampaikan tanggal pelaksanaan ritual Ngalaksa. Tentukan tanggal berdasarkan hasil diskusi dengan pimpinan.

Ngahayu, dapat dipahami sebagai suatu proses mengajak masyarakat/masyarakat adat untuk berpartisipasi dan berpartisipasi guna menyiapkan bahan dan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan agar selalu difasilitasi.

Baca Juga:Situs Purbakala Desa Jembarwangi Bersejarah Di Sumedang!Menuju Bulan Bung Karno 2023, Grup Seni Calung di Sumedang Unjuk Gigi!

Dalam proses Ngahayu, masyarakat setempat sering mengumpulkan berbagai hasil pertanian berupa buah-buahan, umbi-umbian, beras, kelapa, padi, gula merah, dll. Hasi Tani kemudian diantar ke rumah Presiden di Rurukan untuk persiapan upacara.

0 Komentar