Sejarah mencatat, tempat ini pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Sumedang
pada masa perjuangan melawan pendudukan Belanda.
Daerah hulu Dayeuh, merupakan salah satu daerah yang pernah dijadikan pusat pemerintahan atau ibu kota k
erajaan Sumedang Larang dibawah pimpinan Prabu Geusan Ulun, sekitar tahun 1578-1601.
Di tempat ini juga terdapat makam putri Haribaya istri Raja Geusan Ulun, karena tempat ini
dikenal masyarakat Sumedang sebagai tempat ziarah.
Baca Juga:Petualangan Trekking di Wisata SumedangRekreasi Damai di Tengah Alam: Eksplorasi Keindahan Situ di Sumedang
Dalam perjalanan menuju tempat ini anda akan melihat pemandangan yang indah di sebelah kanan,
dan di sebelah kiri anda akan melihat bukit-bukit kecil yang indah.
Setiap kali bulan Muharram tiba, tempat ini akan dikunjungi banyak orang.
Baik dari Sumedang maupun kota lain ada peziarah atau sekedar melihat-lihat dan di bukit ini juga terdapat bekas
tongkat yang dikenal masyarakat Sumedang sebagai tongkat mbah jaya perkasa,
yang tidak lain adalah jalan itu sendiri.
Dimana kita bisa melihat kota sumedang dan sekitarnya.
Sekilas Sejarah Dayeuh Mulia Pertama, ketika pemerintahan Kerajaan Sumedang Larang dipimpin oleh Prabu
Geusan Ulun, pusat pemerintahannya dipindahkan dari Kutamaya ke Dayeuh Luhur.
Salah satu penyebab perpindahan pusat pemerintahan ini adalah konflik antara Kerajaan Sumedanglarang dengan
Kesultanan Cirebon.
Pemindahan pusat pemerintahan sendiri sengaja dilakukan untuk mengantisipasi serangan dari Kerajaan Cirebon
Baca Juga:Jejak Sejarah yang Abadi: Menelusuri Peninggalan Budaya SumedangDataran Rendah Sumedang: Harmoni Kehidupan Masyarakat dengan Alam dan Tradisi Lokal
yang pada saat itu diketahui bentrok dengan Kerajaan Sumedang Larang dalam Babad Cirebon.
Alasan dipilihnya Dayeuhluhur sebagai pusat kerajaan adalah karena letaknya di daerah pegunungan dan di dataran tinggi.
Oleh karena itu, pemindahan pusat pemerintahan merupakan bagian dari strategi untuk memfasilitasi pemantauan
jarak jauh terhadap aktivitas musuh.