sumedangekspres- JATIGEDE- Menara Kujang Sapasang karya monumental Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil telah diresmikan, Minggu (13/8). Bangunan setinggi 99 meter dengan 3 lantai yang dilengkapi berbagai fasilitas pendukungnya tersebut, menawarkan keindahan panorama Waduk Jatigede layaknya Rajaampat Papua.
Terselip harapan Bupati Dony Ahmad Munir Kujang Sapasang menara itu dapat memberikan daya ungkit terhadap kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
“Menara Kujang Sapasang, mahakarya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, mudah mudahan semakin memajukan Jawa Barat sebagai provinsi yang juara dan Sumedang yang semakin Simpati,” kata Bupati Sumedang H. Dony Ahmad Munir.
Baca Juga:Bumdesma Santuni 100 Anak YatimApdesi Apresiasi Peresmian Kujang Sepasang
Bupati Dony mengatakan, setidaknya ada dua makna yang bisa diambil dari peresmian Kujang Sapasang, yakni pertama, menjaga budaya luhung tradisi sunda. Kedua, bergeraknya roda ekonomi sektor pariwisata di Sumedang.
“Dengan adanya Menara Kujang Sapasang tentu akan mendatangkan wisatawan masuk ke Sumedang, menciptakan banyak lapangan pekerjaan yang akhirnya bermuara meningkatnya kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Barat menyampaikan, Menara Kujang Sapasang merupakan sebuah monumen yang mencerminkan Jawa Barat.
“Filosofi dari Kujang Sapasang ini, mengandung makna keharmonisan dalam sifat budaya Jawa Barat harus seperti keluarga ( _cradle of civilization_ ) sebagai sebuah wadah keberlanjutan peradaban,” tuturnya.
Dikatakan, Kujang sebagai senjata warga Jawa Barat melahirkan gagasan menara Kujang Sapasang.
“Kenapa Kujang Sapasang dua tinggi dan dua rendah. Karena itu filosofi peradaban manusia yaitu keluarga,” ujar Kang Emil.
Dikatakan, kehadiran Masjid Al Kamil di samping Menara Kujang Sapasang merupakan sebagai simbol keseimbangan dunia dan akhirat.
Baca Juga:Jatihurip Gelar Lomba Gerak Jalan BersamaGeger, Mayat Lansia Terkapar di Jembatan
“Ibu saya mengingatkan, hidup harus seimbang antara dunia dan akhirat, maka tidak hanya monumen, tapi harus ada masjid. Maka di sini ada masjid Al-Kamil,” ujarnya.
Selain filosofi agama dan budaya, keberadaan jembatan penghubung antara masjid dengan menara adalah simbol teknologi yang _tohaga_ (kuat).
“Jadi segitiga pencapaian manusia, agamanya dijaga, budayanya dipelihara, teknologinya menjadi sebuah pesona peradaban,” ungkapnya. (rls/red)