Mengumpulkan koleksi uang koin kuno bukanlah tugas yang mudah, menurut Puji Harsono Kolektor Uang Kuno itu. Ia harus berkeliling ke berbagai wilayah di Indonesia untuk mencari barang-barang yang ia cari.
“Saya harus berkeliling satu per satu. Jika saya menemukan sesuatu di Palembang, saya pergi ke Palembang. Jika ada temuan uang dirham di Aceh, saya pergi ke sana. Tapi seiring berjalannya waktu, saya mulai mengenal banyak orang, sehingga komunikasi bisa dilakukan melalui SMS atau email. Dulu itu sulit, di daerah mana ada email,” tambahnya.
Puji juga mencontohkan beberapa koin kerajaan yang sangat sulit dicari, seperti koin Cirebon. Meskipun koin ini berasal dari wilayah asalnya sendiri, Puji gagal mendapatkannya di sana. Beruntung, ia akhirnya mendapatkan satu koin kerajaan Cirebon dari seseorang di Jakarta.
Baca Juga:3 Uang Koin Kuno Belanda Dengan Harga Selangit, Ada yang Mengandung Emas!Daftar Kolektor Uang Kuno & No Whatsapp Aktif yang Bisa Dihubungi, 100% Deal!
Menurut Puji, koin-koin tersebut pada zamannya digunakan sebagai alat tukar untuk membeli berbagai barang yang diperlukan. Pada masa itu, empat buah koin perak bisa digunakan untuk membeli seekor kambing.
Koin-koin emas memiliki nilai yang lebih tinggi lagi. Ada koin emas dengan berat 38 gram, yang biasanya digunakan untuk membayar pajak atau membeli beberapa ekor sapi.
Meskipun ada yang menawarkan hingga Rp 50 juta untuk salah satu koin peraknya, Puji enggan menjualnya. Ia mengatakan bahwa jumlahnya hanya sedikit di dunia.
Selain uang koin, Puji juga mengoleksi uang kertas yang beredar di Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan. Dia memiliki uang kertas cetakan dari tahun 1945, 1947, 1948, 1957, 1959, 1960, 1964, dan 1967, mulai dari nilai 1 sen hingga 100 rupiah.
Selain itu, Puji Harsono Kolektor Uang Kuno juga memiliki uang ORI (Oeang Republik Indonesia), yang merupakan uang pertama yang diterbitkan setelah Indonesia merdeka.
Salah satu koleksi unik lainnya adalah selembar uang kertas Zimbabwe senilai 100 triliun dolar Zimbabwe yang dicetak pada tahun 2008. Puji Harsono Kolektor Uang Kuno menjelaskan bahwa nilai uang dengan nominal tersebut tidak berarti apa-apa, karena uang tersebut dicetak saat Zimbabwe mengalami inflasi yang sangat tinggi.