Karena kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, orang tua Merry terpaksa harus menjual barang-barang mereka yang tersisa. Hasilnya hanya mampu untuk beli satu tiket pesawat ke Singapura. Mereka memilih Merry berangkat terlebih dahulu dengan bekal seadanya. Di Singapura, Merry bertemu Irene, teman Merry saat SMA yang memang hendak kuliah disana.
Merry sadar dengan kondisi yang dialami saat itu ia harus betul-betul mandiri. Ia berusaha keras untuk mencari pekerjaan, namun tidak mudah. Setelah mengalami penolakan dari beberapa tempat kerja, Merry akhirnya diterima di suatu organisasi sosial sebagai penyebar brosur dengan gaji rendah. Ia juga sempat bekerja sebagai cleaning service di suatu perusahaan wahana. Bisnis online dan bermain saham resiko tinggi juga sempat Merry lakukan hingga membuat kondisi keuangannya naik turun.
Itulah informasi mengenai Kisah nyata yang dijadikan film. Semoga bermanfaat!