sumedangekspres – Bagaimana Masa Depan Bocah yang Kemaluannya Terpotong saat Sunat Massal di Lahat?
Sebuah kejadian tragis terjadi di Lahat, Sumatera Selatan (Sumsel), ketika seorang anak menjadi korban sunatan massal yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat.
Pada saat itu, seorang bidan yang menangani proses sunatan menginformasikan kepada ayah korban bahwa kemaluan anak tersebut terpotong, namun mengklaim bahwa hal tersebut tidak menjadi masalah yang perlu dikhawatirkan.
Baca Juga:Kemaluan Bocah Terpotong di Lahat Apakah Bisa Disambung?Bocah yang Kemaluannya Terpotong saat Sunat Massal di Lahat Apakah Bisa Punya Anak?
Namun, nasib tragis menghampiri korban ketika pada hari berikutnya ia mengalami perdarahan hebat di bagian alat vitalnya.
Fitriadi, kuasa hukum korban, mengungkapkan bahwa meskipun bidan mengklaim pemotongan tersebut tidak signifikan, korban mengalami konsekuensi serius.
“Jadi saat selesai dilakukannya praktik sunat tersebut, oknum bidan tersebut memberitahu kepada ayah korban alat vitalnya sedikit terpotong, tapi bukan suatu masalah,” kata Fitriadi, dilansir dari detikSumbagsel, Jumat (30/12/2023).
Setelah insiden tersebut, korban melaporkan adanya gangguan saat buang air kecil.
Lebih dari itu, korban juga mengalami gangguan psikologis, seperti mudah marah dan perilaku menyendiri.
Muncul pertanyaan mengenai tindakan hukum dan tanggung jawab pihak yang terlibat dalam proses sunatan tersebut.
Fitriadi menjelaskan bahwa pihaknya telah berkonsultasi dengan dokter, dan hasilnya menyatakan bahwa alat vital korban tidak bisa disambung kembali.
Baca Juga:7 Bahaya Kemaluan Bocah Terpotong saat Sunat Massal di LahatNgilu! Fakta Terbaru Kasus Kemaluan Bocah Terpotong saat Sunat Massal di Lahat
Kondisi ini membawa dampak serius pada kesehatan fisik dan mental korban, memunculkan kekhawatiran akan dampak jangka panjang yang mungkin dialaminya.
Kejadian ini menyoroti pentingnya kehati-hatian dan kewaspadaan dalam melaksanakan prosedur sunatan massal.
Bidan atau tenaga kesehatan yang terlibat dalam kegiatan semacam ini harus memastikan bahwa setiap langkah prosedur dilakukan dengan teliti dan aman, serta memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada keluarga korban.
Tidak hanya dampak fisik yang perlu diperhatikan, tetapi juga dampak psikologis yang mungkin terjadi pada anak-anak yang menjadi korban kecelakaan atau kesalahan selama proses sunatan.
Pihak penyelenggara sunatan massal juga harus memastikan bahwa keluarga korban mendapatkan dukungan psikologis yang memadai.
Kasus ini seharusnya menjadi panggilan bagi pihak berwenang untuk meninjau ulang prosedur sunatan massal, memastikan bahwa standar keamanan dan protokol kesehatan diikuti dengan ketat, dan memberikan sanksi yang tegas jika ditemukan kelalaian yang menyebabkan dampak serius pada korban.