sumedangekspres – 5 Disabilitas di Indonesia yang Berprestasi hingga ke Luar Negeri.
Hari Disabilitas Internasional, yang diperingati setiap tanggal 3 Desember, menjadi momentum penting di seluruh dunia untuk menghormati dan menghargai kontribusi serta potensi para penyandang disabilitas.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, atau Kemendikbud RI, ikut merayakan hari ini dengan semangat keberagaman dan inklusivitas.
Pesan utama yang disuarakan adalah bahwa tidak ada batasan dalam meraih mimpi, dan masyarakat diundang untuk mendukung dan memberikan semangat kepada teman-teman disabilitas.
Baca Juga:7 Sungai di Sumedang Dipasangi Alat Pemantau Banjir Oleh Universitas IndonesiaSidang Tanwir IMM XXXII Bahas Politik dan Kepemiluan 2024
Hari Disabilitas Internasional menjadi momen refleksi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tantangan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas dan menghilangkan stigma yang masih melekat.
Dalam upaya ini, Kemendikbud RI berkomitmen untuk mempromosikan kesetaraan hak, inklusivitas, dan penghapusan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas.
Tidak hanya itu, peringatan ini juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama bekerja menuju kolaborasi yang lebih baik, dengan tujuan meningkatkan partisipasi aktif penyandang disabilitas dalam berbagai aspek kehidupan.
Adapun, masyarakat juga diimbau untuk berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang ramah dan nyaman bagi penyandang disabilitas.
Seiring dengan semangat Hari Disabilitas Internasional, berikut ini adalah contoh-contoh inspiratif dari lima penyandang disabilitas di Indonesia yang telah membuktikan bahwa keterbatasan fisik atau kondisi khusus tidak menghalangi mereka untuk meraih prestasi luar biasa dan menjadi panutan bagi banyak orang.
Disabilitas di Indonesia yang Berprestasi hingga ke Luar Negeri
1. Prof. Dr. Didi Tarsidi
Prof. Dr. Didi Tarsidi adalah sosok inspiratif yang lahir pada 1 Juni 1951 dari keluarga petani di Desa Tanjungkerta, Sumedang, Jawa Barat.
Didi kehilangan penglihatannya karena suatu penyakit infeksi pada usia 5 tahun.
Baca Juga:Ini Tujuan Jusuf Hamka Borong 70 Mobil Listrik Chery Omoda E5Daftar Pemain Film Rumah Masa Depan yang Syuting di Sumedang
Meskipun menghadapi tantangan, pada usia 9 tahun, ia dikirim ke Bandung untuk bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) bagi anak tunanetra.
Didi tidak hanya menjadi dosen pada Departemen Pendidikan Khusus di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung hingga Juli 2016, tetapi juga berperan penting dalam pembukaan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Inklusi di UPI.