sumedangekspres – Prof. Dr. Didi Tarsidi : Sosok Disabilitas dari Sumedang yang Inspiratif di Dunia Pendidikan.
Prof. Dr. Didi Tarsidi, seorang profesor tunanetra kelahiran 1 Juni 1951, mewakili kekuatan semangat dan kegigihan dalam mengatasi keterbatasan.
Berasal dari keluarga petani di Desa Tanjungkerta, Sumedang, Jawa Barat, perjalanan hidupnya menjadi bukti bahwa kemauan dan dedikasi dapat membawa seseorang meraih puncak prestasi, meskipun dihadapkan pada tantangan yang besar.
Baca Juga:5 Disabilitas di Indonesia yang Berprestasi hingga ke Luar Negeri7 Sungai di Sumedang Dipasangi Alat Pemantau Banjir Oleh Universitas Indonesia
Didi mengalami kehilangan penglihatan pada usia yang sangat muda, yakni lima tahun, akibat penyakit infeksi.
Namun, hal tersebut tidak menghentikan langkahnya untuk mengejar ilmu dan mewujudkan mimpi.
Pada usia sembilan tahun, ia dikirim ke Bandung untuk bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) khusus anak tunanetra.
Keberanian Didi dalam mengejar pendidikan terlihat dari pilihan untuk belajar di lingkungan yang mendukung kebutuhan khususnya.
Sekolah Luar Biasa menjadi tempat di mana ia tidak hanya mendapatkan pendidikan formal, tetapi juga membangun dasar-dasar karakter dan semangat juang yang kuat.
Pada tahap berikutnya dalam perjalanannya, Didi tidak hanya menjadi penerima ilmu, tetapi juga menjadi penyebar semangat inklusi dan pendidikan khusus.
Ia kemudian memilih jalur pendidikan sebagai karier, menjadi seorang dosen pada Departemen Pendidikan Khusus di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung.
Baca Juga:Sidang Tanwir IMM XXXII Bahas Politik dan Kepemiluan 2024Ini Tujuan Jusuf Hamka Borong 70 Mobil Listrik Chery Omoda E5
Perannya di UPI tidak terbatas pada memberikan kuliah, tetapi juga melibatkan diri secara aktif dalam pengembangan kurikulum dan penelitian di bidang pendidikan inklusif.
Sebagai seorang pemikir dan pemimpin, Didi Tarsidi memainkan peran penting dalam mendirikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Inklusi di UPI.
Keberadaan program studi tersebut membuktikan komitmennya untuk menyediakan sarana pendidikan yang inklusif, di mana setiap individu, termasuk penyandang disabilitas, memiliki kesempatan yang setara untuk mengakses ilmu pengetahuan.
Selain prestasinya di tingkat nasional, Didi Tarsidi juga turut aktif di dunia organisasi.
Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni), sebuah organisasi yang berfokus pada advokasi dan pemberdayaan tunanetra di Indonesia.
Keterlibatannya di Pertuni mencerminkan keinginannya untuk memberikan suara kepada komunitas tunanetra dan memperjuangkan hak-hak mereka.