Setelah dipenjarakan, masyarakat Aceh bersatu, dan Cut Nyak Dhien akhirnya dibuang ke hutan lebat.
Pemerintah Belanda waktu itu memiliki syarat khusus untuk lokasi tempat pembuangan Cut Nyak Dhien.
Pertama, lokasinya harus jauh dari daratan Aceh, dan kedua, harus jauh dari pelabuhan udara dan laut.
Baca Juga:Indahnya Waduk Jatigede di Sumedang Ini, Yuk Tengok Sejarah, Tiket Masuk, Lokasi, dan Lainnya Disini!Pemerintah Tetapkan Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2024 Sebanyak 27 Hari: Dampaknya pada Sektor Pariwisata
Sumedang dipilih sebagai tempat pengasingan karena faktor jarak tempuh yang sulit pada masa itu.
Perjalanan dari Jakarta ke Sumedang memakan waktu dua bulan, dan Cut Nyak Dhien hanya dibawa oleh empat orang yang dipilih untuk membawanya ke Sumedang.
Pergulatan Cut Nyak Dhien di Sumedang
Rumah singgah Cut Nyak Dhien di Sumedang tidak hanya menjadi tempat berlindung, tetapi juga saksi bisu pergulatan sejarah.
Pangeran Soeriaatmadja, Bupati Sumedang waktu itu, sering berdialog dengan KH Ilyas, pemilik rumah singgah.
Keputusan Bupati Sumedang untuk memilih rumah tersebut sebagai tempat singgah Cut Nyak Dhien dipengaruhi oleh perjalanan jauh dari Jakarta dan kesulitan medan pada masa itu.
“Hal ini terbukti dari surat yang ada dari VOC yang menyatakan bahwa rumah tersebut di Sumedang dipilih sebagai tempat pengasingan Cut Nyak Dhien,” jelas Haji Dadang dikutip dari YouTube Rizquna Channel.
Rumah ini menjadi saksi bisu dari perjuangan Cut Nyak Dhien dan solidaritas antara masyarakat Aceh dan Jakarta yang ingin membebaskan pahlawan nasional tersebut.
Renovasi dan Pemeliharaan
Baca Juga:Eksplorasi Keindahan Alam dan Sensasi Berenang di Balong Geulis, Destinasi Wisata Menarik di SumedangKasus HIV/Aids yang Paling Tinggi di Sumedang, Ternyata Terjadi Pada Prilaku Seks Menyimpang Laki-laki Suka Laki-laki (LSL)
Meskipun sempat mengalami kerusakan akibat Gempa Tasikmalaya pada 2 September 2009, rumah singgah Cut Nyak Dhien telah mengalami renovasi, terutama pada bagian dinding.
Upaya pemeliharaan yang dilakukan oleh generasi setelahnya memastikan bahwa rumah ini tetap berdiri sebagai warisan berharga bagi sejarah perjuangan nasional.
Rumah singgah Cut Nyak Dhien di Sumedang tidak hanya sekadar bangunan tua berusia 200 tahun, melainkan saksi bisu dari perjuangan seorang pahlawan nasional.
Dengan keaslian arsitekturnya, barang-barang peninggalan bersejarah di dalamnya, dan jejak sejarah yang tertanam di dindingnya, rumah ini menjadi tempat suci yang mengingatkan kita pada perjuangan Cut Nyak Dhien dan semangat kepahlawanan dalam melawan penjajahan.
Renovasi dan pemeliharaan yang dilakukan adalah wujud nyata penghargaan terhadap warisan berharga ini agar dapat terus diabadikan dan dihormati oleh generasi selanjutnya.