sumedangekspres – Pesan Terakhir Anak SD di Bekasi yang Dibully Temannya Kini Telah Meninggal: Aku Tunggu Mama di Surga
Kisah pahit seorang siswa, F (12), dari SDN Jatimulya 09 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, menjadi pembicaraan umum setelah mengalami tindakan bullying dari rekan-rekan sekolahnya.
Kejadian tragis ini terjadi pada bulan Februari 2023 ketika kaki F disliding oleh salah seorang temannya, menyebabkan rasa sakit yang dialaminya hanya dalam tiga hari.
Baca Juga:Alasan Mengapa Kekuatan Hamas Meningkat Setelah Gencatan Senjata!Kapolri Lakukan Mutasi Besar-besaran di Jajaran Kapolres di Seluruh Indonesia, Ini Daftar Perubahannya!
Meskipun telah menjalani berbagai upaya pengobatan medis, kondisi kesehatan F tidak menunjukkan perbaikan, bahkan semakin memburuk.
Pada bulan Agustus 2023, F menerima diagnosa kanker tulang stadium 4 setelah kakiannya dinyatakan menderita penyakit tersebut. Meskipun telah menjalani operasi amputasi pada bulan Oktober 2023, Dr. Melitta Setyarani, seorang spesialis ortopedi dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, menegaskan bahwa penyebab kanker yang diderita F bukanlah akibat dari insiden sliding tersebut.
Melitta menyatakan, “Di literatur, hingga saat ini tidak ada informasi yang menyatakan bahwa trauma, seperti kejadian jatuh, dapat menyebabkan kanker.” Setelah operasi, kondisi kesehatan F terus merosot, dan ia menghadapi kesulitan bernapas akibat cairan di paru-parunya.
Sebelum menghembuskan napas terakhir pada Kamis, pukul 02.25 WIB, F sempat berpamitan kepada ibunya, Diana (40). “Ngomong juga ke mamanya, ‘Mama, aku capek, Mama sayang aku ya selamanya. Aku capek, nanti aku tunggu Mama di surga saja ya’,” ujar kuasa hukum keluarga F, Mila Ayu Dewata, saat ditemui usai pemakaman F di TPU Padurenan, Kota Bekasi, Kamis (7/12/2023).
Dalam peristiwa tragis yang menimpa F, siswa yang menjadi korban bullying di SDN Jatimulya 09 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, penting bagi orangtua dan guru untuk diingatkan akan kepentingan menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan bebas dari intimidasi.
Kepergian F tidak hanya meninggalkan kesedihan bagi keluarganya, melainkan juga menjadi dorongan bagi semua pihak untuk bersatu melawan perilaku bullying yang dapat berakibat tragis.
Semoga insiden ini memicu perhatian yang lebih besar terhadap kesejahteraan fisik dan mental siswa di sekolah, serta mendorong orangtua dan guru untuk bersama-sama menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung.