Sejarah Alun-alun Sumedang dan Monumen Lingga

Sejarah Alun-alun Sumedang dan Monumen Lingga
Sejarah Alun-alun Sumedang dan Monumen Lingga(istimewa/erianggorokasih.com)
0 Komentar

sumedangekspres – Sejarah Alun-alun Sumedang dan Monumen Lingga

Kabupaten Sumedang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Sumedang berada di sebelah timur dari Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yaitu Kota Bandung.

Layaknya kota-kota lainnya Kabupaten juga memiliki Alun-alun Kota yang berada di tengah Kota Sumedang. Alun-alun Kota Sumedang yang berada di Jln Prabu Geusan Ulun, Kelurahan Regolwetan, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang.

Alun-alun Kota Sumedang yang tepat berada disebelah timur Masjid Agung Sumedang. Berikut adalah Sejarah Alun-alun Sumedang.

Sejarah Alun-alun Sumedang dan Monumen Lingga

Baca Juga:Spanduk Tuyul Dipasang, Warga Ciamis Tidak Lagi Kehilangan Uang MisteriusPDI-P Pertanyakan Siapa Pengusul Pasal Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden

Dikutip dari laman sumedangkab.go.id, Dahulu, Alun-Alun Sumedang berupa tanah lapang yang ditumbuhi rerumputan dan pepohonan disekelilingnya, namun pada tahun 2020 tempat ini diperindah dengan adanya taman, kolam, tempat permainan anak serta fasilitas lainnya, dan pada malam hari dengan dihiasi oleh lampu lampu Alun-Alun Sumedang terlihat indah.

Pada bagian tengah tempat ini terdapat bangunan berupa Monumen yang dikenal dengan Monumen Lingga, berupa peninggalan jaman kolonial Belanda yang didirikan pada Tahun 1922.

Monumen lingga adalah sebuah monumen penghargaan yang diberikan kepada bupati Sumedang saat itu Pangeran Aria Soeria Atmadja atau pangeran Mekah.

Monumen ini didirikan tahun 1922 setelah bupati yang hidupnya sangat sederhana ini tak lagi menjadi Bupati Sumedang. Pangeran Aria Soeria Atmadja menjadi Bupati Sumedang sejak 31 Januari 1883-1919.

Monumen Lingga yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal Mr D Fock di bagian dindingnya ditulis, Pangabakti Ka Suwarginan Pangeran aria Soeria Atmadja, Bupati Sumedang 1883-1919, ping 1 Juni 1919. Bagian atas Lingga berbentuk setengah bola dan terbuat dari pelat tembaga, melambangkan setinggi-tingginya puncak prestasi manusia, tidak akan mencapai kesempurnaan yang hakiki, sebab kesempurnaan sesungguhnya hanyalah milik Allah SWT.

Sedangkan pintu Lingga sendiri, dibangun empat buah pada setiap penjuru mata angin dengan anak tangga bertrap-trap sebagai simbol pendakian ruhani manusia dalam mencapai keridloan Allah dengan terlebih dahulu menguasai empat unsur nafsu yang terdapat pada diri setiap insan, amarah, sawiyah, lawamah dan mutmainah. Dengan penguasaan keempat unsur nafsu itu, maka manusia dengan pengampunan Allah. Atas segala dosanya, layaknya seperti bayi yang baru lahir dari rahim ibunya.

0 Komentar