sumedangekspres – Desember 2023 yang seharusnya menjadi musim hujan menyegarkan, namun kini terjadi kontradiksi. Cuaca yang sangat panas menggantikan bayangan hujan yang menghias bulan ini.
Menyusul keluhan masyarakat, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan penjelasan mengapa musim hujan Desember justru membawa panas.
Menurut Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto, cuaca panas pada pekan lalu terutama terjadi di wilayah selatan khatulistiwa.
Baca Juga:Dukungan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla Menguatkan Posisi Anies Baswedan dalam Pilpres 2024Sosialisasi Pajak Daerah: Transformasi Kebijakan Pendapatan Kabupaten Sumedang
Penyebab fenomena ini adalah dua faktor utama yang mempengaruhi cuaca Indonesia saat ini yaitu El Nino dan Dipole Mode Positif, yang saat ini memengaruhi cuaca di Indonesia.
El Nino merupakan fase hangat pola iklim tropis Pasifik yang terjadi ketika suhu muka laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah naik di atas kondisi normal.
Fenomena ini dapat mempengaruhi sistem atmosfer global dan menyebabkan perubahan cuaca yang cepat.
Sedangkan Dipole Mode merupakan fenomena iklim di Samudera Hindia yang mempengaruhi curah hujan di Indonesia.
Pada Dipole Mode positif, sebagian wilayah Indonesia mengalami curah hujan lebih rendah dari biasanya akibat pengaruh gangguan yang menyebabkan musim kemarau lebih panjang.
Saat mereka berdua berkumpul, bulan Desember seharusnya lembab karena musim hujan, tapi ternyata bulan itu sangat panas.
Citra satelit menunjukkan wilayah Jawa dan Indonesia bagian selatan belum terlihat adanya awan hujan dalam beberapa hari terakhir.
Baca Juga:Koordinator Divisi P2HM Bawaslu Sumedang Mendorong Perbaikan Pemasangan Atribut PemiluKereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh Mencatat Tingkat Ketepatan Waktu Dekat 100% dalam Dua Bulan Beroperasi
Karena tidak ada awan hujan, permukaan bumi terkena sinar matahari langsung. Penyebab utama kurangnya awan hujan adalah aktivitas siklon di sekitar Laut Cina Selatan.
Pola ini mengurangi aliran massa udara lembab di selatan ekuator, sehingga mengurangi jumlah curah hujan yang akan membasahi bumi di wilayah tersebut.
Dampak dari cuaca panas ini terasa tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara ekonomi dan sosial.
Pertanian, misalnya, mengalami kesulitan akibat minimnya curah hujan, sementara kesehatan masyarakat menjadi perhatian karena risiko kekeringan dan peningkatan suhu.
Masyarakat diharapkan untuk tetap waspada dan beradaptasi dengan kondisi cuaca yang tidak biasa ini. BMKG terus memantau perubahan cuaca dan memberikan informasi terkini kepada masyarakat.