sumedangekspres – Blunder Zulkifli Hasan Penistaan Agama, Dianggap Guyon ? Lah Gabahaya Tah? Sebuah video yang menggambarkan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan atau yang akrab disapa Zulhas, sedang bercanda dalam sebuah ceramah telah menggemparkan jagat maya.
Blunder Zulkifli Hasan Penistaan Agama
Namun, apa yang terlihat sebagai guyonan seolah telah menjadi pemicu perdebatan sengit terkait penistaan agama.
Dalam klip yang viral di media sosial itu, Blunder Zulkifli Hasan mengisahkan fenomena yang dianggapnya aneh saat salat di beberapa daerah.
Baca Juga:Terkuak! Pelaku Penipuan Tenaga Kerja Ditangkap Setelah Buronan Lebih dari SebulanRektor Universitas JGU dan Tokoh Penting Berkumpul di Seminar Monev KKN Tematik Desa Bongkok!
Ia menyebut bahwa orang-orang tidak lagi mengucapkan “aamiin” namun mulai menjulurkan dua jari dalam gerakan tahiyat.
Pernyataannya ini tidak hanya sekadar perbincangan santai, tetapi telah menjadi bahan perdebatan panjang.
Sekjen PAN, Eddy Soeparno, angkat bicara untuk membela Zulhas dari tudingan penistaan agama.
Menurutnya, Zulhas hanya membagikan pengalaman yang ia temui di masyarakat dan bukan bermaksud untuk melecehkan agama.
Bahkan, Eddy menegaskan bahwa ulama terkemuka seperti Ustaz Adi Hidayat dan Ustaz Abdul Somad sebelumnya juga pernah mengisahkan hal serupa.
Namun, tuduhan penistaan agama tak terhindarkan. Sebagian pihak menilai bahwa cerita yang disampaikan Zulhas mengandung unsur pelecehan terhadap ritual ibadah.
Meskipun demikian, Eddy bersikeras bahwa hal tersebut hanyalah deskripsi dari pengalaman pribadi dan bukanlah upaya untuk merendahkan keyakinan agama.
Baca Juga:Dua Tahun Berturut-turut Darmawan Prasodjo Raih Green Leadership Utama Award, PLN Pecah Rekor Borong 20 Proper Emas KLHK 2023Polres Sumedang Gelar Operasi Lilin Lodaya 2023: Antisipasi Kecelakaan dan Ancaman Natal dan Tahun Baru!
Namun, upaya Eddy untuk membela Zulhas juga dihadang dengan tudingan bahwa cerita itu sebenarnya telah diperbesar secara negatif.
Menurutnya, banyak pihak yang sengaja memanipulasi informasi demi kepentingan politik, menghasut opini publik, dan bahkan menyebarkan berita bohong.
Dalam situasi politik yang semakin panas, Eddy mengingatkan pentingnya menjaga ketenangan dan kehati-hatian terhadap informasi yang tersebar.
Menurutnya, upaya untuk merusak pesta demokrasi sedang gencar dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin mengacaukan suasana politik.
Kasus ini menjadi cerminan betapa sensitifnya isu agama dalam konteks publik dan politik.
Sebuah guyonan yang mungkin dianggap sepele oleh sebagian orang, dapat menjadi bahan perdebatan yang serius dan memicu polemik di tengah-tengah masyarakat.
Kontroversi ini juga mengingatkan kita akan kekuatan media sosial dalam menyebarkan informasi dan bagaimana interpretasi terhadap sebuah pernyataan dapat memicu respons yang beragam dari berbagai kalangan.