sumedangekspres – Mengungkap Misteri Mata Air Asin di Sumedang.
Wilayah di Jawa Barat, terutama zona Bandung Raya, umumnya didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, yang memberikan pemandangan alam dengan hamparan sawah dan perkebunan yang luas.
Namun, sebuah fenomena alam unik terjadi di sebuah dusun kecil di Kabupaten Sumedang, di antara Desa Ciuyah dan Desa Cisarua, Kecamatan Cisarua.
Di wilayah ini, mata air asin muncul di tengah hamparan yang seharusnya tidak biasa untuk daerah pedalaman.
Baca Juga:Misteri Benda Pusaka Bupati Sumedang Saat Hentikan Erupsi Gunung TampomasSumedang Ternyata Menyimpan Jejak Kehidupan Purba
Terletak di Blok Ciseupan, mata air ini memiliki rasa asin yang cukup pekat dan disertai dengan keluarnya gelembung-gelembung udara.
Salah satu lokasinya dapat ditemukan di pesawahan milik warga bernama Uka, yang telah menggali dan membentuknya menjadi semacam kolam selama 10 tahun terakhir.
Uka, pemilik lahan, mengungkapkan keheranannya terhadap mata air tersebut, terutama karena rasa asin dan adanya lumpur di dasar mata air.
Ia beralasan bahwa cerita rasa asin berasal dari nama dusun setempat, Dusun Ciuyah, yang dalam bahasa Sunda menggambarkan air dan garam.
Kepala Desa Ciuyah, Suharja, juga mengaku tidak memahami kenapa mata air itu memiliki rasa asin.
Meskipun sebelumnya ada penelitian dari tim Institut Teknologi Bandung (ITB), belum ada kabar lanjutannya.
Beberapa peneliti geologi menjelaskan bahwa fenomena mata air asin di daerah ini sebenarnya tidak jarang terjadi di pulau Jawa, terutama di Jawa Timur hingga Jawa Tengah.
Baca Juga:Prakiraan Cuaca Sumedang Minggu 24 Desember 2023Jadwal Sholat Sumedang Minggu 24 Desember 2023
Namun, mata air ini memiliki keistimewaan karena muncul dari permukaan tanah yang dangkal, tidak seperti di daerah lain yang biasanya berada di kedalaman ratusan meter.
Menurut Budi Joko Purnomo, Penyelidik Bumi Muda di Badan Geologi, kemungkinan daerah ini dulunya merupakan kawasan lautan purba yang seiring waktu berubah menjadi daratan.
Mata air asin ini kemudian muncul karena adanya rekahan pada lapisan batuan yang memungkinkan air asin tersebut mencapai permukaan tanah.
Budi menegaskan bahwa fenomena ini tidak memiliki kaitan dengan Gunung Tampomas atau keberadaan pepohonan di sekitar wilayah tersebut.
Ia juga menyarankan agar mata air ini tidak dikonsumsi, mengingat tingkat kegaramannya yang tinggi, dan tim Badan Geologi akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium untuk mengidentifikasi kandungan mineral dan isotop dalam air tersebut.