sumedangekspres – Bencana alam seperti gempa bumi merupakan peristiwa traumatis yang menimbulkan tekanan psikologis yang parah.
Sebagai konsekuensinya, peningkatan risiko terjadinya gangguan stres pasca trauma (PTSD), kecemasan dan depresi telah dilaporkan secara konsisten.
Peningkatan gangguan tidur setelah adanya trauma juga dapat sangat mengganggu aktivitas.
Baca Juga:Bencana Hidrometeorologi di Indonesia: Kewaspadaan dan Pencegahan!Gempa Bumi Guncang Sumedang: Terowongan Tol Cisumdawu Alami Keretakan, Begini Tanggapan PUPR
Menurut salah satu penelitian dari National Institutes of Health Amerika Serikat, faktanya perubahan pola tidur adalah gejala umum dan juga gejala utama dari PTSD.
Kualitas tidur yang terkena dampak gempa dengan warga yang tidak terkena dampak tentunya sangat berbeda.
Bagi mereka yang terkena dampak gempa terkena traumatis dibandingkan dengan warga yang tidak terdampak gempa.
Keluhannya yang sering dirasakan ialah kesulitan untuk tidur, sering terbangun dari tidur, kesulitan tidur kembali, durasi tidur yang lebih pendek, tidur yang gelisah, gangguan pernapasan terkait dengan tidur, kelelahan disiang hari dan juga adanya mimpi buruk.
Bukti jangka panjang dapat menjadi penting untuk menetapkan perlunya intervensi khusus untuk pencegahan dan pengobatan gangguan mental yang mungkin terjadi pada tahun-tahun setelah pengalaman traumatis terhadap adanya gempa bumi yang dirasakan oleh warga terdampak.
Traumatis juga banyak dirasakan setelah banyaknya peristiwa lain diantaranya seperti peperangan, adanya ledakan di laut, gempa bumi, dan juga kecelakaan mobil.
Dengan adanya insiden-insiden tersebut ditentukan bahwa ternyata dengan adanya pengalaman traumatis, efeknya bisa bertahan lama dan juga dapat menimbulkan gangguan tidur yang parah.
Baca Juga:Tidak Berpotensi Likuifaksi: Analisis Geologi Terkait Gempa Sumedang, Jawa BaratGempa Bumi Mengguncang Kabupaten Sumedang, Jawa Barat: Menelusuri Analisis, Dampak dan Respons
Efek traumatis yang menyebabkan gangguan tidur tersebut dikatakan bisa saja bertahan lama dengan durasi waktu 8 bulan hingga paling lama 15 tahun.
Adapun cara mengatasi kurang tidur menurut sumber Alodokter diantaranya :
- Menghindari minuman beralkohol atau minuman yang mengandung kafein sebelum tidur
- Menerapkan sleep hygiene
- Minum susu hangat
- Menghindari penggunaan gadget sebelum tidur
- Menerapkan pola makan yang sehat
- Berolaharaga secara rutin
Dampak psikologis dari gempa bumi mungkin jauh lebih luas dan bertahan lama dibandingkan dengan kehancuran bangunan, yang berlangsung selama bertahun-tahun dan melibatkan populasi yang jauh lebih besar.
Jika setelah menerapkan cara-cara tersebut anda juga masih juga sulit tidur, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli.