sumedangekspres – Charles Francis Feeney, atau Chuck Feeney, bukanlah sosok Crazy Rich yang gemar memamerkan keberhasilannya.
Setelah sukses sebagai pengusaha, hidupnya berubah saat terpikirkan untuk beramal.
“Tak ada alasan untuk menunda beramal. Lebih menyenangkan beramal saat kita hidup dibanding saat meninggal,” katanya kepada Forbes.
Pada tahun 1982, Chuck mendirikan Atlantic Philanthropies, sebuah organisasi yang menjadi wadah distribusi kekayaannya untuk proyek-proyek positif di berbagai negara.
Baca Juga:Takut Uangnya Tak Berkah, Miliarder Tjio Wie Tay Masuk IslamBukan Prancis, Ternyata Merk Tas Terkenal Ini Made In Indonesia!
Meskipun bergerak secara senyap selama 15 tahun pertama, Chuck menjadi “James Bond of Philanthropy” sebelum identitasnya terungkap pada 1997.
Melalui yayasan pribadinya, Filantropi Atlantik, Chuck menyumbangkan hampir US$ 9 miliar di seluruh dunia, termasuk US$ 570 juta ke Irlandia Utara dan sejumlah besar dana untuk pendidikan, hak asasi manusia, dan perubahan sosial.
Setelah terungkap, Chuck semakin masif dalam aksi filantropis, meluncurkan kampanye “Giving While Living” pada abad ke-21.
Forbes mencatat bahwa Chuck telah beramal sebanyak US$ 3,7 miliar di sektor pendidikan, US$ 870 juta di bidang HAM dan perubahan sosial, US$ 350 juta untuk mengubah Pulau Roosevelt di New York menjadi pusat teknologi, dan US$ 270 juta untuk kesehatan publik di Vietnam.
Jumlah total donasinya mencapai lebih dari US$ 10 miliar atau 130-an triliun.
Meski menyatakan diri jatuh miskin pada akhir 2020, Chuck Feeney meninggalkan warisan inspiratif.
Semangatnya menjadi pendorong bagi banyak orang kaya di seluruh dunia, termasuk Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan Jeff Bezos, untuk aktif dalam kegiatan amal selama hidup mereka.
Baca Juga:Ada 27 Hari! Ini Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024 di IndonesiaRiset: Ini 13 Pekerjaan yang Rentan Selingkuh
Chuck Feeney membuktikan bahwa kepuasan luar biasa dapat ditemukan melalui kebaikan yang diberikan kepada dunia.