sumedangekspres – Halte Baru di Bekasi Telan Anggaran Fantastis, Warga : Gak Wort It!
Pemerintah Kota Bekasi melalui Dinas Perhubungan mengambil inisiatif untuk membangun 10 halte baru dengan konsep modern dan smart.
Salah satu lokasi pembangunan halte tersebut berada di Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, tepatnya di depan Grand Mall Bekasi.
Baca Juga:Kolaborasi Tanggap Darurat: Memulihkan Air Bersih Pasca Longsor di Kampung Cipondok, SubangPrakiraan Cuaca Sumedang Jumat 19 Januari 2024
Proyek ini menghabiskan anggaran sebesar Rp 180 juta dari APBD-P 2023, sebagaimana tercatat dalam situs Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Bekasi.
Namun, saat diobservasi pada Kamis (18/1/2024), halte tersebut terlihat sepi dan kurang diminati oleh warga.
Terlepas dari lokasi strategisnya di depan mal, keberadaan halte ini belum mampu menarik minat pengguna angkutan umum atau bus transpatriot.
Meski fasilitasnya cukup lengkap, termasuk kursi, atap transparan, pengisian daya ponsel, dan CCTV, namun tidak terdapat informasi apapun pada papan informasi.
Bahkan, halte yang didominasi warna biru ini tidak dilengkapi dengan tempat pembuangan sampah.
Keberadaan halte baru ini menimbulkan pertanyaan di kalangan warga. Hal ini terutama karena halte baru tersebut dibangun secara berdampingan dengan halte lama bus transpatriot yang masih tetap berdiri kokoh meskipun terlihat kumuh dan banyak coretan vandalisme.
Warga, seperti Nur dan Dede, merasa keheranan mengapa Pemerintah Kota Bekasi tidak merenovasi halte lama, melainkan memilih untuk membangun yang baru.
Baca Juga:Kampanye, Rapat Umum dan Iklan Media Massa Dimulai Pada 21 Januari 2024Disdik Bersikeras Akan Perbaiki Sekolah Rusak Dampak Gempa Sumedang
Nur menilai bahwa anggaran sebesar Rp 180 juta yang digunakan untuk pembangunan satu halte baru tidak sebanding dengan hasilnya.
Ia menyatakan ketidaksetujuannya dengan penggunaan dana sebesar itu untuk proyek yang dianggapnya kurang bermanfaat secara optimal.
“Dana Rp 180 juta cuma buat halte baru yang kadang enggak terlalu terpakai juga,” ujar Nur dengan nada kekecewaan.
Ia juga menyatakan keprihatinannya terhadap penggunaan dana yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk perbaikan jalan yang rusak di Kota Bekasi, yang dinilainya sebagai faktor peningkatan angka kecelakaan.
Dede juga memberikan pandangan serupa. Ia mengkritik jumlah kursi yang terbatas, hanya empat kursi, sebagai sesuatu yang tidak sepadan dengan anggaran yang dikeluarkan.
Halte baru tersebut disebutnya sebagai “smart halte,” tetapi menurutnya, fasilitas yang ada tidak mencerminkan nilai sebesar Rp 180 juta.