sumedangekspres – Keberadaan lahan terdegradasi di Indonesia saat ini masih menyentuh angka yang cukup besar. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, lahan kritis yang diakibatkan oleh berbagai faktor ini telah mencapai sekitar 14 juta hektar luasnya dan letaknya pun tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
BRI kembali mengambil inisiatif dalam melestarikan lingkungan lewat aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) BRI Peduli melalui program BRI Menanam Grow & Green yang berkolaborasi dengan Yayasan Bakau Manfaat Universal dengan melakukan penanaman tanaman produktif.
Program ini melibatkan 6 (enam) Kelompok Tani (KT) dan Kelompok Tani Hutan (KTH) yaitu KTH Harapan Jaya, KTH Mappagangkae, KT Bina Lestari, KT Sarre Indah, KT Bura Soppeng, dan KT Pa’bentengan yang tersebar di Provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Sebanyak 15 ribu bibit tanaman produktif disalurkan berupa tanaman durian, tanaman kopi dan tanaman pala.
Baca Juga:Buka Akses Permodalan, BRI Angkat Potensi Perempuan Lewat Holding Ultra Mikro di WEF 2024Selaras dengan RK, Ribuan Pesantren, Kyai dan Tokoh Agama di Jabar Dukung Prabowo-Gibran
Selain mampu melestarikan kembali lahan yang telah rusak dan tak terpakai, program ini juga dinilai dapat meningkatkan taraf kesejahteraan para petani, serta masyarakat di sekitarnya dengan memanfaatkan potensi yang ada.
Abdullah sebagai Ketua KTH Harapan Jaya menjelaskan, kelompok tani tersebut didirikan pada 2021 dan terletak di Desa Kaseralau, Kecamatan Batulappa, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Hingga saat ini, KTH Harapan Jaya memiliki jumlah anggota sekitar 30 orang. Program BRI Menanam Green & Grow ini sangat membantu kelompoknya dalam berbagai aspek, mulai dari biaya penanaman dan pemeliharaan hingga pemberian 2.500 bibit kopi.
Sebelumnya, lahan yang dimiliki oleh kelompok tani ini dimanfaatkan untuk menanam jagung saja. Namun, mengingat potensi kerusakan yang disebabkan karena proses penanaman jagung yang rumit, akhirnya KTH Harapan Jaya memutuskan untuk melakukan sejumlah kegiatan dalam memulihkan lahan yang rusak dan beralih secara perlahan ke tanaman kopi yang lebih produktif.
“Saya bersyukur dan berterima kasih kepada pihak BRI karena telah membantu kelompok kami dalam penyediaan dana dan bantuan lainnya seperti bibit kopi. Dari awal, saya memang memiliki ketertarikan yang besar terhadap kopi, karena ragam potensi yang dimiliki. Mulai dari mengolahnya menjadi produk kopi berkualitas untuk dijual ke pasar hingga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang ada di sekitar desa,” tuturnya.