Ia menambahkan, Desa Kelawi juga menerapkan digitalisasi untuk memudahkan segala transaksi di setiap destinasi wisata dari mulai ticketing dan pembayaran non tunai QRIS BRI di tenant UMKM.
“Dengan digitalisasi tersebut pemilik usaha bisa melihat ringkasan transaksi keuangan secara mudah. Mereka juga dapat melihat berapa uang yang sudah masuk dan keluar, serta berapa sisa uang yang tersimpan,” ungkapnya.
Manfaatkan Bank Sampah
Dengan berbagai pengembangan potensi dan inovasi, Desa Kelawi dianugerahi penghargaan sebagai Desa BRILiaN Hijau 2023.
Baca Juga:Presiden Joko Widodo Minta Perbankan Tingkatkan Porsi Kredit UMKM, BRI Siapkan Segmen Ultra Mikro Sebagai SumbKolaborasi OPD Tingkatkan NTP Perkebunan
Potensi wisata itu pun dimaksimalkan oleh masyarakat yang juga pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) guna mendorong roda perekonomian.
Beberapa UMKM yang terdapat di Desa Kelawi adalah UMKM camilan ikan teri dan kerajinan yang dihasilkan dari Bank Sampah.
“Desa Kelawi bekerja sama dengan BRI untuk mengatasi masalah sampah dengan menghadirkan Bank Sampah. Dari sana, sampah-sampah plastik dari laut dikembangkan melalui Bank Sampah,” tuturnya.
Berkat kerja sama tersebut, giat ekonomi masyarakat Desa Kelawi pun bertambah. Selain itu, program ini pada akhirnya dapat mendorong kebersihan, keamanan, dan kenyamanan Desa Wisata Kelawi.
“Jadi dari mengolah sampah, ada penambahan ekonomi dari Bank Sampah. Dan hasil dari itu masuk ke rekening masing-masing nasabah Bank Sampah dan langsung ditabung di BRI,” imbuhnya.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari, mengungkapkan bahwa Desa BRILiaN merupakan program pemberdayaan desa yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa yang diinisiasi BRI sebagai bentuk agent of development dalam mengembangkan desa.
Hingga akhir tahun 2023 tercatat terdapat 3.178 desa yang telah mendapatkan pemberdayaan Desa BRILiaN.
Baca Juga:Forum Disbun Jabar Pertajam Rencana Kerja 2024-2026Wow! 99% Total Transaksi BRI Dilakukan Secara Digital
Program Desa BRILiaN merupakan pemberdayaan yang berbasis ekosistem desa dengan 4 pilar utama sebagai kunci sukses indikator pemberdayaan, yakni sustainability, digitalisasi, inovasi dan optimalisasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).
“BRI memiliki konsep pemberdayaan UMKM secara end to end, yakni pemberdayaan dari fase dasar hingga pengembangan platform berbasis digital yang mampu menjadi solusi pengembangan ekosistem UMKM. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa UMKM mempunyai daya saing dan mampu beradaptasi dengan pasar,” pungkas Supari.