sumedangekspres – Menjelang Ramadan Berusaha Tanpa Mulut Pedas, Jadi Netizen yang Baik Hati, saat kita semakin dekat dengan bulan Ramadan, tantangan terbesar yang harus dihadapi bukan hanya berpuasa dari mulut pedas dalam kehidupan nyata, namun di media sosial juga tidak boleh.
Penelitian dari Indeks Kebajikan Digital atau DCI menemukan masyarakat Indonesia menempat peringkat ke 29 dari 32 negara didunia orang paling kasar di media sosial.
Bisakah kita menantang diri sendiri untuk mengehentikan mulut pedas dan membuat Ramadan ini lebih bermakna?
Baca Juga:Kamu di Ghosting? Ada 6 Point Alasan Kamu di Ghosting5 Bahan Pengganti MSG yang Lebih Gurih
Ramadan bulan penuh berkah dan kesempatan untuk memperbaiki diri, sebentar lagi akan tiba. Bagi Umat Muslim di seluruh dunia, Bulan Ramadan merupakan momen suci yang ditunggu-tunggu dengan penuh antusiasme dan kegembiraan.
Kita tidak boleh melupakan esensi dari puasa Ramadan itu ya guys.
Dengan zaman yang serba digital ini, dimana media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, tantangan moral yang dihadapi tidak hanya terbatas pada dunia nyata, tetapi juga merambah ke ranah dunia maya.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi merupakan bagaimana kita berkomunikasi dan berinteraksi di dunia maya, khususnya di platform sosial.
Terkait dengan hal ini, penelitian dari Digital Civility Index atau DCI ini mengatakan fakta yang bikin tercengang.
Indonesia dengan segala keragaman budaya dan kekayaannya, ditempatkan di peringkat ke 29 dari 32 negara sebagai salah satu dari negara-negara dengan tingkat ketidaksantunan tertinggi di media sosial.
Sungguh ironis sekali di bulan suci Ramadan yang seharusnya menjadi momen intropeksi dan perbaikan diri, kita masih terjebak dalam perilaku yang tidak patut dilakukan.
Baca Juga:Tawanan, dan Perang, Abu Obeida dan Pertukaran yang MeruncingAC Milan Menang 1-0 Melawan Lazio dengan Gol Noah Okafor
Salah satu fenomena yang cukup mencolok merupakan maraknya mulut pedas di media sosial.
Istilah ini tidak hanya mengacu pada suatu penggunaan kata yang kasar atau menyakitkan hati, namun juga mencakup perilaku yang tidak menghargai, merendahkan atau bahkan menyalahgunakan kebebasan berbicara.
Dalam konteks Ramadan, dimana nilai seperti kesabaran, pengendalian diri, dan kedermawanan sangat dihargai, penggunaan mulut pedas atau perkataan kasar menjadi semakin bertentangan dengan esensi dari bulan suci ini.