Hasilnya menunjukkan peningkatan kadar asam arakidonat dalam tubuh setelah periode puasa, sebuah senyawa yang telah terbukti dapat mengurangi peradangan berbahaya dalam tubuh.
Profesor Clare Bryant, kepala Departemen Kesehatan Kedokteran di Universitas Cambridge, menyatakan bahwa penemuan ini memberikan dasar potensial bagi pemahaman bagaimana mengubah pola makan kita, terutama melalui puasa, dapat melindungi tubuh dari peradangan.
Namun demikian, dia juga menekankan bahwa masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah puasa dapat melindungi dari penyakit tertentu seperti Alzheimer atau Parkinson.
Baca Juga:Apakah Puasa Intermiten atau Intermitten Fasting Aman untuk Wanita Hamil atau Menyusui?Sehat Tapi Santai, Inilah Puasa Intermiten, Bagaimana Cara Kerja Intermiten Fasting?
Namun demikian, penelitian ini menambah literatur ilmiah yang mendukung manfaat kesehatan dari Intermitten Fasting.
Jadi, apakah Intermitten Fasting hanya sekadar tren atau benar-benar bermanfaat?
Mengingat bukti-bukti ilmiah yang terus berkembang, tampaknya ada lebih dari sekadar iseng belaka.
Intermitten Fasting bisa menjadi alat yang berguna dalam memperbaiki pola makan kita dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.