Saat mengencangkan benang di antara jari-jari daun lontar, tanpa sengaja benang tersebut dipetik dan menghasilkan bunyi yang berbeda. Ide ini mendorong Lunggi Lain dan Balok Ama Sina untuk mengembangkannya menjadi alat musik yang dapat menirukan nada-nada gong.
Mereka berhasil menciptakan bunyi-bunyian gong dengan menggunakan tulang-tulang dari daun lontar yang diganjal dengan batang kayu. Namun, suara yang dihasilkan kecil, sehingga mereka mengganti lembaran daun lontar dengan bambu dan dawai dari serat pelepah daun lontar.
Sasandu (bahasa Rote) atau Sasando (bahasa Kupang) adalah alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari-jari tangan. Sasando merupakan alat musik tradisional dari kebudayaan Rote.
Baca Juga:Jenis-jenis Alat Musik Calung Di NusantaraRamai Dimedsos Aksi Begal di Cicalengka Ternyata Hoax
Alat musik Sasando bentuknya sederhana, bagian utamanya berbentuk tabung panjang dari bambu, dengan bagian tengah melingkar dari atas ke bawah diberi penyangga (dalam Bahasa Rote disebut senda), di mana dawai-dawai atau senar direntangkan dari atas ke bawah bertumpu. Penyangga ini memberikan nada yang berbeda-beda pada setiap petikan dawai.
Tabung sasando juga diberi sebuah wadah yang terbuat dari anyaman daun lontar (haik), yang berfungsi sebagai tempat resonansi sasando. Bentuk sasando mirip dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola, dan kecapi. Secara harfiah, nama Sasando berasal dari bahasa Rote, yaitu “sasandu”, yang berarti alat yang bergetar atau berbunyi. Konon, sasando telah digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7.