Ritual dalam pelaksanaan tradisi Perang Ketupat, terutama penimbongan, ngancak, nganyut perae, dan taber kampong, memiliki tujuan yang khas. Penimbongan dimaksudkan untuk memberi makan kepada makhluk halus yang berada di daratan, sehingga mereka tidak mengganggu masyarakat setempat.
Ngancak dilakukan untuk memberi makanan kepada makhluk halus yang berada di laut, sehingga tidak mengganggu aktivitas nelayan. Nganyut perae bertujuan untuk memulangkan makhluk halus yang datang ke desa Air Lintang atau Tempilang, terutama yang bersifat jahat, agar tidak mengganggu kehidupan masyarakat.
Sedangkan taber kampong dilakukan untuk mengusir roh-roh jahat yang ingin merusak atau menyebabkan bencana, sebagai upaya untuk menjaga keselamatan dan mempertahankan adat istiadat serta semangat gotong royong.
Baca Juga:Nilai-nilai yang Terkandung Dalam Upacara Adat Perang Ketupat Bangka Belitung Air LintangPenutup Kepala yang Sering Digunakan Wanita Minang "Tingkuluak"
Filosofi dari tradisi Perang Ketupat ini adalah mengajak masyarakat untuk memerangi keburukan agar lingkungan mereka bersih dalam menyongsong kehidupan yang akan datang.
Inti dari makna perang ketupat ini adalah bentuk syukur sekaligus permohonan kepada Allah untuk melindungi desa Air Lintang atau Tempilang dari segala bencana dan musibah, sambil tetap menghormati jasa-jasa para leluhur yang telah menjaga, merawat, dan mewarisi daerah Tempilang hingga saat ini.