Mengasah Kemampuan KomunikasiPria kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara pada 23 Januari 1970 itu mengungkapkan untuk bisa menggapai keberhasilan dalam kehidupan, seseorang tidak hanya dapat mengandalkan pada kecerdasan berpikir.
“Keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidup hanya bisa diperoleh lewat kecerdasan komunikasi dan kecerdasan hati. Oleh karena itu, setiap kalangan termasuk para atlet dituntut mengasah kemampuan komunikasi secara komprehensif tanpa harus belajar secara formal,” jelas ayah dua anak tersebut.
Mantan wartawan di banyak media besar itu kemudian menguraikan bahwa efektivitas komunikasi dapat dijalankan dengan rumus REACH Plus A+C. Hal ini berlaku secara universal di mana saja berada.
Baca Juga:Haflah Musyahadah, Siapkan Generasi QuraniYudia Berikan Bantuan Hewan Ternak Ayam Kampung
Aspek pertama adalah sikap menghargai orang lain tanpa kecuali yang diwakili dengan kata “Respect”. Dr Aqua Dwipayana menegaskan di mana pun kita berada, jangan pernah menganggap remeh siapa pun. Hormati dan hargai semua orang.
“Salah satu contohnya saya paling respek sama sopir yang mengemudikan mobil saya. Biasanya dipanggil Mas Darmadi dan Mas Adi. Kenapa, karena ketika saya di mobil dan mereka mengemudikannya, maka keselamatan dan “nyawa” saya selama dalam perjalanan ada di “tangan” mereka sebagai sopir,” tutur Dr Aqua Dwipayana.
Kedua adalah sikap empati (empathy). Salah satu contohnya saat latihan dan bertanding, pelatih agar selalu memperhatikan aktivitas para atletnya. Jika mereka kelelahan setelah tugas di lapangan, tunjukkan sikap memperhatikan mereka. Pelatih harus dapat merasakan yang dirasakan seluruh atletnya.
“Beri kesempatan mereka istirahat. Dipersilakan untuk minum dalam suasana rileks. Ajak ngobrol santai dengan topik yang ringan-ringan. Setelah suasananya nyaman baru membicarakan hal-hal serius saat berlatih atau bertanding,” tutur Dewan Pakar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Pusat tersebut.
Ketiga adalah “audible” atau dapat dipahami dan dimengerti. Semua yang disampaikan kepada orang lain pesannya dapat mereka terima. Contohnya instruksi dari pelatih ke para pemain.
“Pesan yang kita sampaikan diupayakan secara maksimal dapat dipahami oleh penerima pesan. Ini sangat penting agar mereka tidak salah memahaminya sehingga umpan baliknya sesuai dengan yang diharapkan,” ungkap penulis buku “super best seller” Trilogi The Power of Silaturahim ini.