sumedangekspres – Kerusuhan di Lentera Festival 2024: Vendor Soroti Antisipasi EO yang Lemah.
Pada Minggu malam, 23 Juni 2024, terjadi kerusuhan di Lentera Festival 2024 yang diselenggarakan di Kabupaten Tangerang, Banten. Insiden ini dipicu oleh ketidakpuasan penonton akibat pembatalan pertunjukan, yang mengakibatkan perusakan properti dan peralatan panggung. Kerusakan tersebut menyebabkan kerugian hingga ratusan juta rupiah yang harus ditanggung oleh vendor acara.
Kritik Terhadap Event OrganizerAras, pemilik Sadaraya Sound, sebuah vendor penyedia jasa sound system di Cileunyi, Kabupaten Bandung, memberikan kritik keras terhadap peran Event Organizer (EO) dalam insiden ini. Menurut Aras, kerusuhan ini mencerminkan kurangnya antisipasi dari pihak EO, terutama dalam hal penyelesaian keuangan dan manajemen situasi di lapangan. Selain itu, kurangnya kedewasaan penonton juga turut menjadi salah satu penyebab utama kerusuhan tersebut.
Baca Juga:Panduan Lengkap Tes CAT PPDB Madrasah DKI Jakarta 2024Panduan Lengkap Cek Hasil PPDB Zonasi Jakarta untuk SMP dan SMA 2024
“Ini sebetulnya masalah kompleks. Intinya ada sesuatu yang tidak terantisipasi oleh berbagai pihak,” ujar Aras ketika ditemui di sela kegiatannya pada Kamis, 27 Juni 2024.
Perlunya Jaminan dan Standar KerjasamaAras menambahkan bahwa vendor dan artis seringkali menahan sesuatu dari panitia sebagai jaminan agar proses pembayaran dapat diselesaikan dengan baik. Ia menyarankan bahwa hal ini seharusnya menjadi standar dalam setiap kerjasama untuk menghindari kerugian besar bagi vendor.
“Penonton yang kemarin kurang dewasa, terus saya lihat juga artisnya kurang bisa baca situasi. Harusnya ada kesepakatan jaminan dari panitia, jadi jika ada kerugian, dampaknya enggak besar,” jelas Aras.
Pentingnya Profesionalisme EODalam pengalamannya sebagai penyedia jasa sound system, Aras menekankan pentingnya profesionalisme dalam mengelola acara. Menurutnya, EO yang profesional biasanya memiliki tim yang berpengalaman dan terorganisir dengan baik.
“Terus kan itu EO-nya juga itu gak cekatan, kalau sudah terprediksi gak bakal landing kenapa harus dipaksakan,” tambahnya.
“Biasanya orang EO itu kan orang-orang lama, sekalipun dia bikin EO baru tapi dipastikan orang yang ada di dalamnya pasti orang lama, dan itu bisa kita tracking. Kecuali, EO wedding ya biasanya itu kalau baru ya baru semua,” lanjutnya.
Aturan Ketat dalam KerjasamaUntuk mengantisipasi kejadian serupa, Aras kerap menerapkan aturan ketat dalam kerjasama dengan EO, baik itu yang profesional maupun EO baru. Ia meminta uang muka (DP) sebesar 70 persen dari nilai kontrak dan sisa 30 persen dilunasi saat event berlangsung atau selesai.