sumedangekspres – Kemenkes Optimalkan Ketersediaan Obat untuk Jemaah Haji 2024.
Dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi jemaah haji tahun 1445 H/2024 M, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah mempersiapkan 62,3 ton obat-obatan. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa seluruh kebutuhan kesehatan jemaah terpenuhi selama menjalankan ibadah di Tanah Suci.
Kepala Pusat Haji Kemenkes RI, Liliek Marhaendro Susilo, menyatakan bahwa sebagian besar pengadaan obat dan perbekalan kesehatan (perbekkes) dilakukan di Indonesia sebelum dikirim ke Arab Saudi. Namun, beberapa obat dan perbekalan lainnya juga diadakan langsung di Arab Saudi untuk memastikan ketersediaan tepat waktu dan sesuai kebutuhan.
Distribusi Obat di Makkah dan MadinahSetelah obat-obatan tiba di Arab Saudi, distribusi dilakukan dengan proporsi yang telah ditentukan. Sebanyak 80% dari total obat dialokasikan untuk Makkah, sementara 20% sisanya untuk Madinah. Dari persentase di Makkah, 10% disiapkan khusus untuk puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Pembagian ini didasarkan pada estimasi lama waktu jemaah haji berada di masing-masing lokasi selama perjalanan haji yang totalnya berlangsung selama 40 hari.
Baca Juga:Kendala Infrastruktur Menunda Kepindahan Jokowi ke IKNDukungan Penuh Padepokan Padjadjaran untuk Kang Hery Jadi Bupati Sumedang
Ahadi Wahyu Hidayat, Koordinator Obat dan Perbekalan Kesehatan di Arab Saudi, menjelaskan perbedaan distribusi obat antara Makkah dan Madinah. Di Makkah, obat-obatan didistribusikan dari depo obat ke apotek di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), sektor, kloter, dan pos satelit. Sedangkan di Madinah, distribusi hanya mencakup apotek di KKHI, sektor, dan kloter tanpa adanya pos satelit.
Sistem Pelayanan Obat dengan TeknologiUntuk mempercepat proses pelayanan dan meningkatkan efisiensi pencatatan serta pelaporan, Kemenkes menggunakan aplikasi Satu Sehat Logistik Obat Haji (SSLOH). Setiap kloter, sektor, apotek di KKHI, pos satelit, dan ruang perawatan memiliki akun masing-masing untuk permintaan obat. Selain itu, e-resep juga telah diterapkan sebagai dasar pengeluaran obat melalui aplikasi ini.
Menurut Ahadi, penggunaan aplikasi SSLOH dan e-resep ini membantu mengorganisir distribusi obat secara lebih efektif. “Dengan adanya akun masing-masing dan e-resep, proses pengeluaran obat menjadi lebih cepat dan terorganisir,” ujarnya.
Tantangan dan Solusi di LapanganPada tahun ini, depo farmasi melayani 554 kloter, 158 pos satelit, 11 sektor, apotek, dan ruang perawatan. Dengan tenaga farmasi di depo yang terdiri dari 4 orang, ditambah 7 orang Tim Pendukung Kesehatan (TPK), mereka bekerja keras untuk memastikan ketersediaan obat di setiap unit pelayanan kesehatan.