Sejarah Benteng Gunung Kunci di Sumedang

0 Komentar

sumedangekspres – Sejarah Benteng Gunung Kunci di Sumedang.

Gunung Kunci, yang sering disebut sebagai Gunung Panjunan, adalah sebuah bukit kecil yang terletak di barat wilayah perkotaan Sumedang, Jawa Barat.

Hanya berjarak sekitar 750 meter dari Alun-alun Sumedang, gunung ini menyimpan sejarah menarik berupa sebuah benteng pertahanan yang dibangun pada masa penjajahan Belanda.

Gunung Kunci, dengan ketinggian yang tidak begitu mencolok, dulunya menjadi lokasi strategis bagi Pemerintah Hindia Belanda untuk membangun benteng pertahanan.

Baca Juga:ODGJ Ikut Serta Bersihkan Kolong Jembatan Dari Sampah yang MenggunungHama Wereng Bikin Petani Rugi Besar

Benteng ini, yang dibangun antara tahun 1914 hingga 1917 pada masa Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum, merupakan salah satu contoh penting dari infrastruktur militer kolonial Belanda di Indonesia.

Pada awalnya, kawasan Gunung Kunci adalah dataran yang terletak di sebelah timur kaki Gunung Palasari.

Dikenal sebagai lahan seluas 2.600 meter persegi milik seorang bangsawan Sumedang, lahan ini kemudian dibeli oleh pihak Belanda.

Di bawah pengawasan mereka, kawasan ini diubah menjadi benteng pertahanan yang dilengkapi dengan ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai bunker.

Ruang bawah tanah ini mencakup area seluas sekitar 450 meter persegi.

Benteng di Gunung Kunci memiliki bentuk lonjong yang menyerupai motor boat, dengan panjang 70 meter dari barat ke timur dan lebar 30 meter dari utara ke selatan.

Di tengah benteng terdapat bangunan yang sebagian besar terpendam di bawah tanah, menjadikannya tampak seperti sebuah bukit.

Bangunan ini memiliki kamar-kamar yang masing-masing dapat menampung lima hingga tujuh tempat tidur.

Baca Juga:Meningkatnya Kekerasan Keluarga: Ancaman Serius bagi Pertumbuhan Anak di IndonesiaKasus DBD Meningkat Pesat: 153 Pasien Dirawat Sejak Januari

Benteng ini terbagi dalam tiga tingkat. Lantai pertama diperuntukkan bagi prajurit, sementara lantai kedua adalah untuk perwira.

Bagian atas, yang berbentuk seperti motor boat, berfungsi sebagai benteng pengawas.

Lorong gua sepanjang sekitar 200 meter menghubungkan lantai pertama dan kedua, sementara benteng ini juga dilengkapi dengan 17 gua buatan yang menghubungkan berbagai ruangan di dalamnya.

Ketebalan tembok benteng Gunung Kunci menunjukkan kekokohannya, dan meskipun ada kerusakan akibat bom yang dijatuhkan oleh penjajah Jepang, struktur ini masih dapat diakses dan dipelajari.

Sebagian besar benteng, terutama di bagian atas depan, mengalami kerusakan berat, namun bagian lainnya masih tetap berdiri tegak.

0 Komentar