sumedangekspres, KOTA – Hampir 50 persen kawasan hutan dan lahan mengalami ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di musim kemarau. Hal itu berdasarkan pengalaman Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang.
“Berdasarkan pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya, hampir 50 persen daerah di Kabupaten Sumedang mengalami ancaman Karhutla,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sumedang, Atang Sutarno saat dikonfirmasi wartawan, baru-baru ini.
Dikatakan Atang, BPBD Kabupaten Sumedang sudah memetakan daerah daerah yang dianggap sangat rawan terjadinya Karhutla.
Baca Juga:Doamu Cup 2024 Ajang Hiburan RakyatBacakada Dony dan Erwan Soroti Sosok Rossa
“Hasil pemetaan kami ada 22 desa di 7 Kecamatan yang dianggap sangat rawan terjadinya Karhutla. Diantaranya di Kecamatan Ujungjaya meliputi 5 Desa yaitu Desa Palabuan, Keboncau, Ujungjaya, Sakurjaya dan Cibuluh. Lalu, Kecamatan Tomo ada 3 Desa meliputi Desa Tomo, Karyamukti, Bugel dan di Kecamatan Conggeang meliputi Desa Babakanasem dan Ungkal,” ungkap Atang.
Atang melanjutkan, di wilayah Kecamatan Surian meliputi Desa Tanjung, Surian, dan Nanjungwangi, Kecamatan Cimalaka meliputi Desa Cibeureum Wetan, Licin dan Padasari. Kecamatan Tanjungkerta meliputi Desa Gunturmekar dan Cigentur serta Kecamatan Sumedang Selatan Kelurahan Pasanggarahan Baru dan Kotakulon.
Selain itu, masih ada di Kecamatan Paseh yaitu Desa Padanaan dan di Kecamatan Buahdua yaitu Desa Gendereh.
“Itulah kawasan-kawasan yang hasil pemetaan kami dianggap sangat rawan terjadi Karhutla. Dan yang paling sering menjadi langganan Karhutla di wilayah Kota Sumedang adalah Gunung Palasari. Dan kemarin baru saja terjadi di kawasan itu,” ucapnya.
Menurutnya, berdasarkan laporan yang diterima BPBD Sumedang, di musim kemarau ini terdata ada sebanyak 6 kejadian kebakaran lahan. Namun, sifatnya belum terlalu besar dan dapat diantisipasi.
Menghadapi musim kemarau ini, sebut Atang, bila BPBD Kabupaten Sumedang sejak awal sudah melakukan beberapa langkah. Diantaranya melakukan sosialisasi terhadap masyarakat, mengimbau kepada aparat terkait agar tetap waspada dan hati-hati menghadapi musim kemarau tahun ini.
“Kemarau tahun ini, memang kemarau sifatnya basah. Tapi bukan berarti tidak membahayakan. Dan puncak musim kemarau tahun ini berdasarkan prakiraan BMKG akan berakhir pada akhir bulan Juli ini. Dan Insya Alloh kami juga dalam waktu dekat akan berkoordinasi dengan BMKG,” tutupnya. (red)