“Saya pernah sekitar 17 tahun bekerja di sembilan perusahaan yang berbeda-beda. Pengalaman saya, seenak-enaknya jadi karyawan dengan berbagai fasilitas, jauh lebih enak mandiri, jadi diri sendiri. Atasan satu-satunya hanya Allah SWT, tidak ada yang lainnya,” ungkap Dr Aqua Dwipayana.
Secara sadar dan dipenuhi keyakinan yang kuat, pria kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara, 23 Januari 1970 serta alumnus Prodi Magister dan Doktoral dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tersebut membuat keputusan besar dalam hidupnya.
Setelah sempat bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar terkemuka nasional di antaranya Suara Indonesia, Jawa Pos, Surabaya Minggu, dan Bisnis Indonesia, Dr Aqua Dwipayana sempat berpindah “spektrum” pekerjaan dengan menjadi Humas Semen Cibinong.
Baca Juga:ASN Sumedang Belajar Ilmu WarisSukseskan Jagoan PKB di Pilkada, Herman Habibullah: Gaskeun
Sesudah sekitar sepuluh tahun mengabdi di salah satu perusahaan besar nasional tersebut, pada 30 September 2005, pria rendah hati itu memutuskan berhenti bekerja. “Saya ingin menjadi orang yang ‘merdeka’ seutuhnya. Menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya atasan,” imbuh Dr Aqua Dwipayana.
Sebuah pilihan yang ternyata tidaklah salah. Iktikad kuat bapak dua anak itu untuk tidak mau menjadi bawahan dan hanya menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya atasan, mengubah jalan hidupnya.
Dr Aqua Dwipayana telah menjelma menjadi seorang motivator dan konsultan komunikasi nasional. Sudah ratusan instansi baik pemerintah maupun swasta juga personal yang memakai jasanya. Telah jutaan khalayak yang menyimak materi Sharing Komunikasi dan Motivasi bagi sosok yang hobi silaturahim dan menolong banyak orang tersebut.
Intens MemonitorLebih jauh disampaikan Dr Aqua Dwipayana, dalam menghadapi dinamika media sosial dengan beragam komentar negatif dan positif dari pengguna internet, dalam konteks PR, penulis buku super best seller Trilogi The Power of Silaturahim ini menyodorkan prinsip “tak mesti menyenangkan semua orang”.
Meski demikian, setiap unsur dalam bidang PR harus selalu update dan intens memonitor media sosial. Sekecil apapun komponen yang disampaikan jangan dibiarkan, karena bisa jadi bola liar. Setiap pegawai pun bisa menjadi PR bagi perusahaannya.
“Paling penting adalah memperkuat internal, tak perlu khawatir pada netizen. Justru itu menjadi masukan. Sekecil apapun yang dikomentari, jangan diabaikan dan harus menjadi masukan,” kata Dr Aqua Dwipayana.