Dan 3 kandidat lainnya dibawah 5% saja. Kasus yang sama terjadi basis tradisionalnya di Purwakarta, Dedi unggul telak dengan 89,5%.
Dalam kesimpulan Toto, kasus Dedi Mulyadi, makin menguatkan bahwa prilaku pemilih di Pileg itu berbeda dengan Pilkada. Tidak selalu berbanding lurus antara dukungan banyak partai dengan kemenangan calon di Pilkada.
“Beda dengan di Pileg. Kalau di Pilkada itu yang menentukan kemenangan adalah kekuatan personal figur. Mau didukung banyak partai pun, kalau figurnya lemah, biasanya kalah. Begitu juga sebaliknya,” ungkapnya.
Baca Juga:SMK Bhakti Nusantara Sumedang Dorong Program Unggulan untuk Tingkatkan Keterampilan SiswaPenetapan Lokasi dan Larangan Pemasangan Alat Peraga Kampanye (APK) di Kabupaten Sumedang
Terkait dengan faktor apa yang yang membuat mantan bupati Purwakarta ini unggul merata di hampir seluruh wilayah di Jabar, Toto menjelaskan, salah satunya seperti terpotret di survei, karena intensitas turun ke lapangan menyapa rakyat yang jauh melampaui 3 kandidat lainnya.
Dari pemantauannya selama ini, ungkap Toto, Dedi termasuk calon gubernur yang paling inten turun ke masyarakat dengan aneka kemasan.
Salah satunya, dengan kemasan seni dan budaya.
Simpati publik juga menguat, tambah Toto, karena Dedi berani mengambil resiko untuk membela orang-orang kecil yang diduga sebagai korban penegakan hukum yang ceroboh seperti dalam kasus Vina Cirebon.
Demikian pembahasan mengenai Elektabilitas Dedi Mulyadi Unggul di Basis Merah dan Hijau di Jawa Barat.***