Stereotip Motor Matic di Indonesia

Motor Matic
Motor Matic di Indonesia
0 Komentar

Menariknya, tren motor matic pada awalnya memberikan dampak positif bagi hampir semua kalangan. Namun, seiring waktu, sebagian kalangan—terutama para penggemar motor yang sedang mengalami krisis identitas—mulai merasa kurang nyaman melihat laki-laki mengendarai motor matic. Akibatnya, muncul anggapan yang menyatakan bahwa motor matic adalah “motor perempuan” atau bahkan “motor banci”.

Stereotip Motor Matic

Bagi sebagian orang, motor telah menjadi bagian dari identitas diri. Mereka yang menyukai gaya klasik biasanya akan memilih motor dengan desain klasik. Sementara itu, mereka yang menyukai tampilan sporty cenderung memilih motor sport, baik tipe naked maupun fairing.

Hal ini berbeda dengan motor matic, yang umumnya dianggap sebagai motor untuk pengguna kasual. Karena tidak memiliki segmen gaya atau karakteristik tertentu, serta banyak digunakan oleh perempuan, sebagian orang yang sedang mencari jati diri di dunia motor menyebut motor matic dengan istilah-istilah negatif seperti “motor banci”, “motor ompong”, “motor gas-rem”, “motor lipstik”, dan sebagainya.

Baca Juga:Spesifikasi Tecno Spark 40 Pro Hadir Memanjakan Mata Para Pecinta GadgetKotroversi Gambar Karya AI Ala Studio Ghibli dari Hak Cipta Sampai Etika

Namun, apakah benar motor matic adalah motor banci? Tentu saja tidak.

Mengapa harus diberi label seperti itu? Apakah hanya karena seseorang menggunakan kopling, ia merasa paling hebat di dunia? Apakah dengan mengendarai motor sport fairing berkapasitas 150 cc atau 250 cc seseorang otomatis menjadi paling keren? Apakah hanya karena bisa mengoper gigi, seseorang menjadi yang paling lincah di planet ini? Jawabannya jelas “tidak”.

Motor matic bukanlah motor banci. Justru, seiring perkembangan zaman, motor matic semakin menyesuaikan karakter desainnya dengan berbagai segmen, termasuk gender. Sebagai contoh, Yamaha Aerox, dalam setiap generasinya, selalu tampil dengan desain sporty yang sangat maskulin. Bahkan, ketika motor ini dikendarai oleh perempuan, sering kali justru tampak agak kurang serasi karena desainnya yang sangat “laki”.

Contoh lainnya adalah Honda Vario. Sejak awal kemunculannya hingga sekarang, desain Vario cenderung tampil seperti motor yang digunakan oleh kalangan pria dewasa. Ketika seorang ibu-ibu mengendarai Vario untuk pergi ke pasar, terkadang terlihat agak janggal. Hal ini wajar, mengingat strategi branding Honda untuk Vario memang ditujukan untuk segmen pria dewasa—dan hal tersebut tercermin pula dari iklan-iklannya.

0 Komentar