KOTA – Kondisi angkutan umum saat ini semakin memprihatinkan. Seiring berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi, jumlah penumpang angkutan umum terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi dan maraknya layanan transportasi online seperti ojek daring dan mobil berbasis aplikasi.
“Kalau dulu angkot selalu penuh penumpang, sekarang sepi sekali. Bisa dihitung dengan jari,” ujar Warya, seorang pencari muatan untuk sopir angkutan umum saat ditemui Sumeks, Selasa (15/7).
Warya mengaku sedih dan bingung menghadapi kondisi tersebut. Pendapatannya yang bergantung pada jumlah penumpang pun ikut terdampak.”Saya dibayar Rp 1.000 per penumpang yang naik angkot. Kalau penumpang sepi, ya penghasilan saya juga berkurang,” jelasnya.
Baca Juga:Bakso Mang Nana, Kuliner Legendaris Sejak 1995Hilang Konsentrasi, Pemotor Hantam Truk yang Sedang Berbelok Hingga Meregang Nyawa
Ia mengenang masa sebelum pandemi tahun 2020, di mana angkutan umum masih menjadi pilihan utama masyarakat. Namun kini, warga lebih memilih menggunakan kendaraan sendiri atau layanan transportasi online yang dianggap lebih praktis dan fleksibel.
Melihat situasi ini, Warya berharap ada perhatian dari pemerintah, khususnya Gubernur.”Saya harap anak-anak sekolah tidak diperbolehkan naik kendaraan pribadi dan diarahkan menggunakan angkutan umum saja,” katanya.
Menurutnya, penggunaan angkutan umum oleh pelajar tidak hanya bisa menghemat biaya, tetapi juga turut membantu roda perekonomian para sopir angkot agar tetap bertahan.
“Angkutan umum seharusnya menjadi prioritas bagi anak-anak sekolah yang belum cukup umur untuk berkendara sendiri. Selain aman, juga bisa membantu agar angkutan umum kembali ramai dan stabil secara ekonomi,” pungkasnya. (kki)