Para korban tak minta diusut. Bisa jadi mereka pun sudah memaafkan. Tapi jangan pernah mereka dilupakan. Karena mereka pun tak lupa dan tak mau dilupakan. Mereka-para korban, bermetamorfosis menjadi nilai perikemanusiaan dan perikeadaban yang harus diteguhkan. Ditegakkan. Menyejarah dalam rangkaian dialektika nilai luhur ideologi bangsa.
Penanda waktu itu diperingati. Bukan untuk membuka luka dan dendam. Tapi untuk berkaca dan menginsafi. Untuk tak terjadi lagi. Titi mangsa adalah pengingat, juga pertanggungjawaban untuk mewujudkan nilai. Sebab amanah itu ada pada yang hidup. -untuk hidup melakoni nilai. Beradab dan berperikemanusiaan! Mungkin itu baru berarti, “makna mereka sebagai korban”. (Kang Marbawi, 061025)