Ketika Emosi Menyalip Nalar

Apartemen Easton Park
ILUSTRASI – Suasana Apartemen Easton Park di kawasan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Kawasan padat hunian vertikal ini menjadi salah satu pusat aktivitas mahasiswa dan pekerja muda. Baru-baru ini, lokasi serupa menjadi sorotan setelah insiden tragis seorang pemuda diduga nekad mengakhiri hidupnya dengan melompat dari lantai tinggi. (istimewa)
0 Komentar

Polisi yang tiba di lokasi langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan meminta keterangan sejumlah saksi, termasuk kekasih korban dan petugas keamanan apartemen.

Dari hasil pemeriksaan sementara, penyebab utama aksi nekat FS diduga karena depresi sesaat akibat penolakan dan pengaruh alkohol. Tidak ditemukan indikasi penggunaan obat-obatan terlarang.

“Motif utamanya adalah emosi yang tak terkendali. Pelaku dalam keadaan mabuk berat, dan sempat melakukan kekerasan sebelum akhirnya nekat melompat,” ujar Kapolsek Rogers.

Baca Juga:1 OktoberBersuara

Tim Inafis Polres Sumedang kemudian mengevakuasi jenazah FS ke RSUD Sumedang untuk dilakukan visum. Polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti dari lokasi kejadian, di antaranya pakaian korban, pecahan kaca balkon, dan dua botol minuman beralkohol.

Kasus di Easton Park bukan sekadar kisah kelam sepasang anak muda yang gagal mengendalikan emosi. Ia menjadi potret kecil dari masalah sosial yang lebih besar — tentang rapuhnya kontrol diri, tekanan emosional, dan maraknya konsumsi alkohol di kalangan muda.

Sosiolog dari Universitas Padjadjaran, Dr. Riza Gunawan, menilai bahwa kejadian ini menggambarkan lemahnya literasi emosi dan pendidikan moral dalam hubungan antarpribadi.

“Banyak anak muda tidak dibekali kemampuan mengelola konflik. Ketika cinta ditolak, harga diri dianggap runtuh. Padahal, itu bagian dari dinamika emosional yang harus dipahami sejak dini,” ujarnya.

Selain itu, tragedi ini menyoroti pentingnya sistem keamanan di apartemen dan tempat hunian tinggi, terutama bagi penghuni muda. Beberapa pengamat menilai perlunya standar pengawasan tambahan, seperti pemeriksaan tamu malam hari, pembatasan akses alkohol, serta edukasi kesehatan mental.

Menjelang pagi, suasana di area parkir Easton Park kembali hening. Hanya garis polisi kuning yang membatasi lokasi jatuhnya FS, menjadi saksi bisu betapa satu keputusan sesaat dapat mengubah segalanya.

Bagi warga Jatinangor, tragedi ini meninggalkan pesan mendalam: bahwa emosi sesaat, apalagi di bawah pengaruh alkohol, bisa berujung fatal. Cinta yang mestinya membawa kebahagiaan justru menjadi pintu duka karena hilangnya kendali dan kesadaran.

Baca Juga:Usai Kasus Keracunan Massal Siswa, Bupati Dony Akan Panggil Kepala MBG dan Ahli GiziBupati Sumedang Pastikan Pelayanan Maksimal bagi Korban Keracunan Makanan MBG

Dan di menara tinggi Easton Park, lantai 15 kini menyimpan kenangan getir — tentang seorang pemuda yang kehilangan nalar di tengah malam sunyi.(kos)

0 Komentar