Tari Cikeruh, Gerak Lembut yang Menjaga Napas Budaya Sumedang

Tari Cikeruh, Gerak Lembut yang Menjaga Napas Budaya Sumedang
Penari membawakan Tari Cikeruh, salah satu kesenian tradisional khas Kabupaten Sumedang yang kini resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Kementerian Kebudayaan RI. Tari ini menjadi simbol kelestarian nilai dan identitas budaya masyarakat Sumedang.(istimewa)
0 Komentar

Uus Kuswendi, salah satu pelestari utama tari ini, menuturkan bahwa Tari Cikeruh tidak sekadar tarian hiburan.

“Setiap gerak punya makna. Misalnya gerak ‘ngibing cai’ menggambarkan rasa syukur atas air, sumber kehidupan. Begitu juga dengan iringan musiknya, yang menggabungkan kendang, gong, dan suling — perpaduan harmoni yang lahir dari alam,” ujarnya dalam kesempatan terpisah.

Uus bersama para pegiat seni di Sumedang telah lama berjuang mempertahankan eksistensi Tari Cikeruh, bahkan melatih generasi muda di sanggar-sanggar seni agar tidak punah tergerus zaman.

Baca Juga:Keren Abis! Ini Kumpulan Prompt Untuk Edit Foto AI Anime Naruto Dalam Sage Mode di Gunung Myoboku6 Prompt Edit Foto AI Jadi Hokage Desa Konoha, Gaya Keren Ala Dunia Anime Naruto yang Realistis!

Penetapan Tari Cikeruh sebagai Warisan Budaya Takbenda menjadi pengingat bahwa pelestarian budaya tidak hanya soal mempertahankan bentuk, tapi juga menjaga semangat dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Wakil Bupati menegaskan, pemerintah daerah memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan warisan leluhur ini terus hidup.

“Ini bukan sekadar status, tapi tentang bagaimana kita menanamkan kebanggaan terhadap budaya sendiri. Sumedang punya kekayaan budaya luar biasa, dan tugas kita adalah menjaganya agar tetap lestari dan relevan bagi generasi mendatang,” katanya.

Kini, setelah resmi menyandang predikat WBTb, Tari Cikeruh diharapkan tidak hanya tampil di panggung seremoni budaya, tetapi juga menjadi bagian dari pendidikan karakter dan ekspresi kebanggaan lokal.

Karena di setiap gerakan penari Cikeruh, tersimpan kisah panjang tentang kearifan, harmoni, dan penghormatan terhadap alam — warisan yang melampaui waktu, dari tepian Sungai Cikeruh hingga panggung dunia.

Oleh: ERWIN MINTARA D. YASA, Sumedang Ekspres

0 Komentar